Hidayatullah.com—Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nasir, M.Si dalam sambutan Pembukaan Sidang Tanwir Mukmatamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 dibuka di Gedung Audotorium Djasman Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (18/11/2022). Haedar menegaskan lima tahun ke depan Muhammadiyah harus memperkuat basis Jamaah yang kokoh dengan nilai-nilai keislaman, handal beradabtasi dakwah dengan IT, serta mempkuat kaderisasi.
Menurut Haedar, Sidang Tanwir Muktamar Muhammadiyah ke-48 kali ini memasuki periode terakhir dari masa kerjanya. Dua kali Tanwir Muhammadiyah ditambahkan masa 2 tahun, karena adanya pandemi Covid-19.
“Jadi Tanwir, kali ini insya Allah kali terakhir bagi periode PP Muhammadiyah yang kami emban pada masa amanah periode ini, “ jelas Haedar Nashir pada pembukaan siding Tanwir Muhammadiyah & Aisyiyah Muktamar ke-48.
Haedar mengakui, melaksanakan amanah hasil Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dengan kebersamaan, membangun kepemimpinan kolektif, kolegial yang tersistem. “Inilah yang bisa saya lakukan karena sejengkal dimajukan dan seinci ditinggikan sehingga kami bisa menjalankan amanah ini dengan kekompakan dan keutuhan serta kebersamaan dalam spirit ukhuwah iman selalu ada dinamika dan selalu ada kegiatan berbagi.”
Masih menurut Haedar, ia memperoleh mandat untuk tranformasi Muhammadiyah dalam program yang harus mengalami perubahan yang bersifat transformasif, menjadi lebih maju, modern, profesional dalam prinsip-prinsip Muhammadiyah dalam menjalan dakwah dan tajdid yang menjadi identitas gerakan ini. “Hasilnya mulai dari jamaah, ranting hingga pimpinan pusat terus bergerak memajukan Muhamamdiyah ini.”
Ia mengaku adanya dinamika perubahan dan trasformasi di tubuh Muhammadiyah. Bahkan hingga menjelang pembukaan Muktamar masih ada peresmian gedung Mualimin di Yogjakarta.
“Dan bahkan kalau tidak dijegah, bisa jadi saat pembuaan pun akan masih ada peresmian-peresmian amal usaha lainnya, “ tambah Haedar dengan disambut tepuk tangan hadirin.
Kehadiran dan kemajuan Muhammadiyah hingga manca negara tidak bisa didasarkan pada teori-teori organisasi seperti yang disampaikan ahli teori organisasi seperti Taylor. Tapi Muhammadiyah harus bisa bergerak dengan nilai-nilai dan internalisasi kemuhammadiyahan yang terjaga.
Paradigma organisasi Muhammadiyah saat ini adalah dengan adanya organisasi identity sebagai sesuatu yang sentral, punya kekhasan dan posisi penting bagi seluruh anggota di dalamnya, ujarnya. Di usia 110 tahun Muhammadiyah telah bergerak melampaui organisasi yang menyatukan value yaitu Islam dan kemuhammadiyahan melekat dengan sistem bukan menonjol dalam kapasiti personal, tambahnya.
Menurut Haedar, amal usaha Muhammadiyah dari pedidikan, rumah sakit, usaha di dalam negeri maupun luar negeri telah berjalan tersistem yang tidak mengandalkan personal. “Meski ada personal tapi bergerak dalam pergerakan sistem dan waktu periodisasi, ada yang datang dan ada yang pergi.”
Bagi Haedar Nasir ke depan, pergerakan Muhammadiyah lima tahun ke depan harus bisa menata risalah Islam berkemajuan, kemampuan menjawab isu-isu strategis keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal. Empat hal pokok itu menggambarkan lima tahun yang harus dihadapi oleh Muhammadiyah dalam jenjang kepengurusan.
Ia juga menambahkan hal pokok yang harus diperhatikan adalah orientasi tadayyun (menanamkan nilai-nilai relijius) keislaman harus semakin kokoh, mencerdaskan, meneguhkan, dan mencerahkan. Sebagaimana perspektif Islam berkemajuan dan risalah pencerahan hasil dari Muktamar di Yogjakarta 2010 dan Tanwir di Bengkulu.
“Masyarakat kita yang sekarang ini haus keagamaan dan begitu luas spektrumnya, dan Muhammadiyah harus hadir menanamkan nilai-nilai Islam yang menguhkan dan mencerahkan serta dinamisasi kemajuan.”
Di saat waktu bersamaan Muhammadiyah harus memperkuat basis jamaah, akar rumput, masjid dan mushala kita sebagai benteng umat dan bangsa. Karena ketika akar rumut terjadi floating mass, maka gelombang nilai-nilai keberagamaan pun akan bisa tercerabut meski globalisasi menerjang.
“Umat dan masyarakat kita justru kembali ke komunitas-komunitas atau jamaah, hal ini harus ditangkap sebagai bagian dari kemajuan Muhammadiyah yang mempunyai daya afiliasinya dan jelajahnya semakin luas untuk berdakwah dan mengembangkan misi tajdid,” katanya.
Hal penting lainnya kata Haedar adalah reformasi dan kaderisasi yang harus mampu beradaptasi dengan IT yang canggih agar organisasi menjadi kokoh dan berkembang berkemajuan.*/Akbar Muzakki