Hidayatullah.com–Dikenal sebagai negara dengan 95 persen umat Buddha, Kamboja cukup identik dengan kuil dan objek wisata seperti Angkor Wat.
Meskipun populasi Muslim hanya sekitar empat persen dari 16 juta orang di sana, industri pariwisata Islam telah melihat pertumbuhan di seluruh negeri.
Desa Muslim Steung Thmey di Siem Reap ada sejumlah toko yang menawarkan makanan halal juga meningkat, untuk mendukung kedatangan wisatawan Muslim.
“Sebelumnya, hanya satu restoran halal yang menjual makanan untuk sarapan.
“Tetapi sekarang ada sekitar 10 restoran di negara ini, sehingga Anda dapat melihat sekarang jumlah restoran dan produk halal menarik lebih banyak turis Muslim untuk datang ke Kamboja,” ujar pemilik Muslim Family Kitchen Restaurant, Mat Nor dikutip Mediacorp.
Karena itu, upaya pemerintah Kamboja untuk menegakkan sertifikat dan logo halal resmi sejak empat tahun terakhir tepat waktu.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa banyak pemilik restoran Muslim masih dalam proses mendapatkan sertifikasi resmi.
Salah satunya adalah warga Singapura, Osman Omar, pemilik The Gulai Restaurant di Phnom Penh.
“Muslim di Kamboja akan memiliki kesempatan untuk menjual makanan mereka sendiri, dengan sertifikat halal, sehingga wisatawan yang datang akan merasa yakin bahwa mereka adalah makanan halal,” kata Osman.
Putra pemilik restoran halal lain di Phnom Penh, Restoran Wau, Sufian Halim memberikan pendapat, “Kadang-kadang mereka yang bukan Muslim bahkan untuk menulis halal juga.
“Jadi ketika pemerintah membuat logo halal resmi ini, saya pikir wisatawan asing akan lebih percaya diri.”
Sementara itu Kementerian Informasi Kamboja dan Presiden Pusat Informasi Kamboja Presiden Sles Nazy menyampaikan bahwa sebelum restoran halal dan produk makanan halal ada sertifikasi halal tetapi kadang-kadang diambil dari Malaysia dan negara lain.
“Jika produk kami memasuki pasar Eropa atau Asia, kami dapat menggerakkan perekonomian,” katanya.
Negara Arab
Bahkan, upaya untuk menarik lebih banyak turis Muslim ke Kamboja, Sufian mengatakan, juga lebih disambut dengan lebih banyak penerbangan dari negara-negara Arab dan surau di tempat-tempat umum.
“Alhamdulillah sejauh ini, pemerintah Kamboja telah mempraktikkannya, hanya saja tidak komprehensif, jadi semoga pemerintah Kamboja dapat melakukannya dengan tuntas,” kata Sufian.
Nazy menambahkan: “Kami membutuhkan lebih banyak pesona, pusat budaya, homestay Muslim yang lebih unik bagi Muslim di Kamboja sehingga lebih banyak turis Muslim datang ke sini.”
Tentu saja, turis Muslim tidak perlu lagi berlangganan ke restoran asal ‘kenal’, tetapi lebih percaya diri dengan perluasan sertifikasi halal resmi, serta meningkatkan kesadaran tentang praktik Muslim di seluruh Kamboja.*