Hidayatullah.com– Penggagas Gerakan Literasi Sekolah Satria Dharma meyakini, Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an erat kaitannya dengan literasi. Olehnya, Satria menilai Ramadhan momen yang tepat untuk memulai gerakan membaca tersebut.
“(Sebab) untuk bisa memahami dan mendalami Al-Qur’an, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dibutuhkan kemampuan literasi membaca dan menulis (‘allama bil qalam),” ujarnya yang tengah berada di Surabaya, saat berbincang-bincang dengan hidayatullah.com melalui perangkat seluler, Kamis, (03/07/2014).
Menurut Satria yang juga Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI), al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tapi juga didalami maknanya. Apalagi di bulan Ramadhan, bulannya mendalami al-Qur’an.
“Gerakan Literasi yang dimulai pada Ramadhan adalah sangat tepat, dan memang sudah selayaknya dimulai di bulan Ramadhan,” ujarnya.
Sejauh ini, Satria mengakui telah mencanangkan gerakan literasi di sekolah-sekolah setiap waktu liburan, termasuk saat Ramadhan.
“Kami masuk ke sekolah-sekolah dan para siswa mengisi liburannya dengan membaca. Begitu masuk sekolah nanti kami akan tanyai, sudah berapa buku yang telah mereka baca selama liburan,” bebernya.
Islam Mengawali Literasi
Selain ke sekolah, kampanye gerakan literasi Satria juga menyasar pesantren. Beberapa waktu lalu, Satria mengkampanyekan gerakannya di Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Di gedung serba guna pesantren tersebut, Satria menggelar Seminar Pencanangan Program Literasi Pondok atas prakarsa Hidayatullah dan Madrasah Aliyah Raadhiyatan Mardhiyyah Putra (MARAMA), Sabtu (21/6/2014).
Pada seminar itu, Satria mendorong pesantren untuk mulai menggalakkan budaya literasi. Jangan sampai, katanya, ada orang umat Islam yang tidak membaca. Sebab literasi sudah lebih dulu dikenalkan oleh Islam daripada Barat, yaitu dalam perintah “Iqra’ (bacalah!)”.
“Islam jaya karena mengembangkan literasi sampai tahapan pengembangan ilmu pengetahuan. Jika anak kita tidak memiliki budaya literasi, maka kita gagal sebagai orangtua. Jika murid kita tidak memiliki budaya literasi, maka kita gagal sebagai guru,” ujarnya, pada acara yang dihadiri Pimpinan Umum Hidayatullah Ustadz Abdurrahman Muhammad, serta para guru dan santri ini.*