Hidayatullah.com – Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub kini telah tiada. Sosok ulama yang dinilai tegas terhadap prinsip agama itu meninggal pada Kamis pagi (28/04/06) kemarin di RS Hermina, Ciputat, Tanggerang Selatan.
Di mata para ulama sekaligus sahabat, almarhum adalah sangat disegani terutama karena ketinggian ilmu dan ketegasannya dalam memegang prinsip ajaran Islam.
“Beliau adalah guru saya, mentor sekaligus teman. Yang sangat berkesan buat kami, beliau orang yang sangat tegas memegang prinsip dan nilai. Apapun yang menurut beliau tidak sesuai nilai, beliau pasti tinggalkan, apapun resiko yang terjadi,” ujar KH. Cholil Nafis, Ketua MUI bidang Dakwah kepada hidayatullah.com sebelum prosesi pemakaman jenazah almarhum.
Cholil bercerita, sebelumnya Kiai Mustafa sempat aktif menjadi pengurus NU. Tapi ketika acara munas di Cirebon beberapa waktu lalu, yang di acara itu terdapat gambar salib. Sejak setelah itu Kiai Mustafa tidak lagi aktif.
Ketegasan lain yang sangat diingat, sambung Cholil, seperti misalnya ketika orang ramai menghujat NU dan Wahabi. Kiai Mustafa dengan lantang justru mengatakan bahwa NU dan Wahabi sama-sama Ahlu Sunnah, perbedaanya hanya pada masalah furu’iyah.
“Apapun yang terjadi beliau tetap teguh dengan nilai yang beliau yakini, jadi ada keteguhan sekaligus ada keberanian. Termasuk dalam menanggung resiko, beliau tidak risau dengan jabatan, kedudukan, dan kehidupan. Beliau akan tanggung apalagi kalau itu untuk prinsip keagamaan, itu yang menjadi pelajaran bagi kita,” ungkapnya.
Keteguhan memegang prinsip dari sosok Kiai Mustafa, terang Cholil, merupakan buah dari keilmuannya yang dalam.
“Keilmuannya mumpuni, jadi ketegasannya tidak sekedar membabi buta, ilmunya kuat, ahli hadits, ahli fiqih, dan istiqomah,” tukasnya.
Hal itu, kata Cholil, jarang dimiliki oleh ulama saat ini. Bahkan ia mengatakan, belum tentu sepuluh dua puluh tahun lagi kita akan mendapatkan yang seperti Kiai Mustafa.
“Kewajiban kita sebagai generasi muslim sudah sepatutnya menteladani beliau, kebaikannya, rajin belajar dan membacanya, termasuk juga istiqomah dengan aktivitas dakwahnya, dan juga istiqomah dengan prinsip,” jelasnya.
Cholil mengaku, saat pertama kali mendengar kabar kematian Kiai Mustafa, ia langsung meneteskan air mata dan bergegas menuju ke rumah duka.
“Tadi saya sampai lebih awal, sebelum dimandikan saya sempat lihat wajah beliau, saya cium beliau, tak rela rasanya melepaskan. Beliau segala-galanya bagi kami,” pungkasnya mengenang.
Sahabat karib almarhum, yang juga hadir saat prosesi pemakaman, Prof. Nasaruddin Umar merasa sangat kehilangan sosok ulama ahli hadits tersebut.
“Saya kehilangan salah seorang sahabat karib, beliau itu kamus berjalan bagi saya, dimanapun berada kalau mau nanya keshahihan hadits itu saya telpon langsung, tapi beliau sekarang sudah tiada,” ujar Nasaruddin kepada hidayatullah.com seusai prosesi pemakaman.
Innalillahi…! KH Ali Mustafa Ya’qub Berpulang, Umat Islam Berduka
Mantan Imam Besar Istiqlal Sudah Siapkan Makam Dua Tahun Lalu
Kenangan khusus yang lekat diingatan, ungkapnya, saat dirinya dikabarkan mendapat amanah menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal menggantikan almarhum Kiai Mustafa.
“Beliau orang pertama yang saya telpon ketika saya diminta menjadi imam Besar Istiqlal menggantikannya. Saya mohon izin, beliau jawab ‘ya tidak apa-apa, saya legowo jika Anda’,” tuturnya.
Nasaruddin mengaku, masih sangat membutuhkan bimbingan dari almarhum selaku senior dalam mengemban amanah tersebut.
Selain itu, menurutnya, keteladahan Kiai Mustafa yang berani dan tegas mengatakan kebenaran harus menjadi inspirasi bagi umat, tidak terkecuali, kata Nasaruddin, termasuk dirinya.
“Sulit mencari orang seperti beliau, terus terang saya juga belum bisa untuk seperti beliau, seperti tidak ada takutnya kalau masalah kebenaran,” tandasnya menutup.
Saat ini, KH Ali Mustafa Yaqub dimakamkan di belakang Masjid Muniroh Salaman, komplek Pesantren Darussunnah, Tanggerang Selatan, Banten. Tanah itu sendiri, sudah dipersiapkan almarhum sejak dua tahun lalu. Selamat Jalan Kiai.*