Hidayatullah.com– Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menobatkan Pimpinan AQL, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN), menjadi tokoh Perbukuan Islamic Book fair (IBF) 2017.
Sekretaris IKAPI Mappa Tutu mengatakan, penetapan tokoh tersebut telah melalui proses ketat serta dengan sejumlah penilaian terkait aktivitas dan kontribusi tokoh yang masuk nominasi.
“Cukup sulit menentukan Tokoh Perbukuan IBF 2017 karena banyak tokoh yang masuk nominasi dan semuanya memenuhi syarat. Namun kita harus mencari yang terbaik di antara mereka,” kata Mappa Tutu di acara pembukaan IBF 2017, kemarin.
IBF yang dibuka pada Rabu (03/05/2017) itu akan berlangsung hingga Ahad (07/05/2017) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.
Sebelumnya, Mappa Tutu terlebih dulu mengumumkan biodata UBN yakni selain sebagai penulis, juga dikenal sebagai pendakwah, aktivis, pendidik, serta penggerak keumatan. “Namun, beliau lebih senang disebut sebagai guru ngaji,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga menyebutkan sederet prestasi dan kiprah UBN di dunia dakwah, pendidikan, perbukuan, organisasi, serta sebagai pencetus tadabbur al-Qur’an di Indonesia melalui AQL Islamic Center.
Tak lupa juga kiprah Ketua Alumni Universitas Islam Madinah itu sebagai Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), yang berhasil mengomandoi Aksi Bela Islam dengan damai, bermartabat, dan terbesar sepanjang sejarah setelah kemerdekaan RI.
Sementara itu, saat memberikan sambutan, UBN mengatakan, ada satu pegangan yang menjadi prinsip hidupnya terkait keilmuan, yaitu Surat Ali Imran ayat 18.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Ali Imran: 18),” ungkap UBN sebagaimana rilis IKAPI kepada hidayatullah.com.
UBN juga mengatakan, ukuran keilmuan seseorang itu dilihat dari rasa takutnya kepada Allah bukan dari sedikit banyaknya karya tulisnya.
“Seorang ayah bijaksana berkata kepada anaknya, ‘setiap kali kamu bisa menulis satu kalimat ilmu berhentilah sejenak lalu tanyakan pada hatimu, bertambahkah rasa takutmu kepada Allah? Jika tidak, maka jangan teruskan. Tidak ada yang bertambah dari ilmumu ketika tidak bertambah takutmu kepada Allah’,” pungkasnya.*