Hidayatullah.com– Di antara hal penting yang setiap orangtua perlu pahami dalam mendidik anak adalah tahapan pendidikan anak berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits.
“Orangtua mesti mengenal tahapan-tahapan pendidikan anak dengan baik, agar dapat mengukur apakah pendidikan yang diterapkan kepada anak telah sesuai atau terlalu jauh (dari ajaran Islam-Red),” terang pakar parenting, Mohamad Fauzil Adhim, dalam seminar parenting bertema “Tahapan Pendidikan Anak Berdasarkan al-Qur’an dan Hadits” yang diselenggarakan di SD Integral Hidayatullah, Cilodong, Depok, Jawa Barat, pekan kemarin.
Baca: Orangtua Harus Bernyali Atasi Kejahatan Pornografi pada Anak
Untuk itu, penulis buku Segenggam Iman Anak Kita ini mendorong agar tradisi ilmu tetap diperhatikan oleh orangtua, apakah sudah tahu atau belum ilmunya.
“Bahkan seandainya kita pernah tahu, yang tahu belum tentu punya ilmu. (Bahkan) kalau kita sudah mengilmui, tetapi tidak diterapkan secara terus-menerus, (ilmu) itu tidak akan muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Artinya ilmu itu harus terus diasah, dibagikan kepada orang lain, pikirkan lagi,” tegasnya.
Kolumnis Majalah Suara Hidayatullah itu pun memberikan contoh bagaimana sikap orangtua semestinya dalam mendidik anak.
Baca: Psikolog: Orangtua Jangan Lelah Memotivasi Anak untuk Belajar
“Shalat misalnya, anak itu diperintahkan shalat pada saat usia sudah 7 tahun. Kalau belum 7 tahun tidak shalat, belum waktunya dipukul. Tetapi diarahkan bagaimana tumbuh dalam diri anak rasa ingin tahu dan melaksanakan shalat,” ucapnya.
Orangtua juga diimbau untuk tidak ‘baperan’, ketika anak menolak perintah shalat.
“Anak belum 7 tahun diperintah shalat. Anaknya menjawab tidak mau, males. Orangtua sudah khawatir luar biasa. Pertanyaannya, itu anak mengucapkan males apa karena hawa nafsu,” selorohnya dengan nada bertanya.
Oleh karena itu, Fauzil menekankan pentingnya orangtua mengenali kapan seorang anak itu mencapai tamyiz.
“Apa tamyiz itu, kemampuan membedakan baik dan buruk, benar dan salah dengan akalnya. Bukan cuma tahu itu baik, bukan cuma tahu itu buruk. Melainkan membedakan. Itu artinya anak sudah bisa berpikir secara aktif untuk membedakan. Tamyiz ini berada pada rentang usia 2-7 tahun hingga 10 tahun, tetapi idealnya paling lambat usia 7 tahun,” urainya.
Hal ini dinilai Fauzil sebagai pokok, karena pada masa itu anak sudah berfungsi akal dan pikirannya.*