Hidayatullah.com– Ulama masyhur asal Cirebon, Jawa Barat, Ustadz Yahya Zainul Maarif atau dikenal dengan Buya Yahya, mengingatkan siapa saja untuk berhati-hati saat membicarakan sosok Nabi Muhammad.
Hal itu disampaikan Buya Yahya dalam sebuah majelisnya saat menjawab pertanyaan jamaah terkait ucapan salah seorang penceramah yang dinilai merendahkan Nabi Muhammad.
Tanpa menyebutkan nama, pertanyaan itu dilontarkan jamaah setelah viral kasus penceramah tenar di Youtube, Ahmad Muwafiq, yang menyampaikan ceramah yang dinilai merendahkan Nabi Muhammad.
“Benarkah saat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lahir keadaannya sama seperti layaknya bayi-bayi pada umumnya lahir, yaitu kotor dan biasa saja tidak ada keistimewaan. Sedangkan yang biasa kita dengar, yaitu Nabi lahir bersih, dipenuhi cahaya yang bersinar luas.
Sebab, ada tokoh yang mengatakan bahwa keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam saat lahir semacam itu tidak ada, Buya. Katanya Nabi lahir biasa saja, tidak ada cahaya yang sampai tembus ke langit. Katanya, jika Nabi lahir dipenuhi cahaya sampai ke langit, maka akan mudah diketahui musuh bahwa itu adalah Nabi dan dengan mudah musuh dapat membunuh Nabi.
Tokoh tersebut juga mengatakan bahwa Nabi itu tinggal sama kakeknya, jadi ya enggak keurus, enggak sekolah, enggak bisa baca tulis, yang namanya kakek itu dimana-mana tidak bisa mengurus anak kecil.
Apa benar begitu, Buya? Apakah kata-kata ini tidak termasuk tidak beradab kepada Nabi?” demikian pertanyaan panjang yang dibacakan salah seorang pada majelis Buya Yahya tersebut sebagaimana video diunggah di laman Youtube resmi Al-Bahjah diakses hidayatullah.com pada Selasa (03/12/2019).
Buya Yahya mewanti-wanti, jangan sampai saat membicarakan Nabi Muhammad masuk ke wilayah merendahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebab, jelas Buya Yahya, merendahkan Rasulullah baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, tetap saja salah.
“Kalau kita punya kalimat yang merendahkan Nabi dengan sengaja, maka kita keluar dari iman.
Kalau tidak sengaja, ceroboh kita,” ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.
Buya mengingatkan siapa saja untuk berhati-hati membicarakan sifat Nabi, baik saat beliau setelah diangkat menjadi Nabi, maupun sifat zhair Nabi sebelum diangkat sebagai Nabi.
“Jangan sampai ada lintasan atau ungkapan yang merendahkan,” imbuhnya.
Buya Yahya mengatakan, seseorang yang mencintai Rasulullah dan memahami sejarah perjalanan kehidupan beliau, maka tidak akan berani membicarakan hal-hal yang tidak pantas terhadap Nabi Muhammad.
“Kalau Anda perindu dan pecinta Nabi dan membaca sejarah, enggak akan berani anda ngomong yang tidak pantas untuk Nabi,” ujarnya.
Buya Yahya mengatakan, sifat Nabi pada masa kecilnya berbeda dengan orang-orang lain.
“Nabi dengan keistimewaannya, bagaimana di saat berjalan dipayungi oleh mendung dan seterusnya,” sebutnya mencontohkan.
Buya Yahya mengatakan, sosok Nabi mengagumkan. “Kalau anda membaca sejarah Nabi, akan tahu itu semuanya bagaimana masa kecil Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,” imbuhnya.
Buya Yahya mewanti-wanti, jangan sampai ada seseorang yang menyifati masa kecil Nabi dengan sifat-sifat yang tidak pantas.
“Itu, kan, sifatku dan sifatmu yang mungkin kita kotor dan sebagainya. Tapi kalau Nabi, enggak bisa. Kalau di hatimu ada kekaguman dan cinta pada Nabi, enggak akan bisa anda menyamakan Nabi dengan diri anda, enggak bisa. Apapun bentuknya, karena itu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Enggak bakal bisa,” tegasnya.
Buya Yahya mengatakan, Nabi Muhammad dengan segala keistimewaan beliau dijaga oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
“Masalah cahaya, memang disebutkan dalam riwayat –hanya nanti dipertanyakan apakah itu hanya dalam mimpi atau di alam nyata– Siti Aminah melihat… menyala istana Syam dan sebagainya. Itu ada riwayatnya semacam itu. Akan tetapi apapun bentuknya, enggak pantas, enggak diperkenankan kita menyebut untuk Nabi sesuatu yang enggak pantas, yang sifatnya kotor, menjijikkan, itu enggak pantas sama sekali,” ungkapnya panjang lebar.*