Hidayatullah.com–Radio Israel hari Kamis (26/5) melaporkan bahwa Mesir bekerjasama dengan negara Zionis itu dalam mengelola perbatasan Rafah, dengan menyatakan kepada Israel bahwa pihaknya tidak akan memperbolehkan perbatasan Rafah dilewati untuk pengiriman barang-barang dan membatasi perlintasan individu.
Mengutip sumber politik Mesir, radio Zionis-Israel itu melaporkan bahwa pemerintah Mesir tahu akan resiko masuknya “elemen teroris” jika perbatasan tersebut dibuka.
Rafah adalah satu-satunya perbatasan dengan Jalur Gaza yang tidak berada dalam wilayah yang dikuasai Zionis.
Mesir hari Rabu (24/5) mengatakan akan membuka perbatasan Rafah untuk memperlonggar blokade atas Jalur Gaza. Kebijakan itu akan mulai diberlakukan pada Sabtu (28/5).
Menurut kantor berita resmi Mesir, MENA, pintu perbatasan akan dibuka setiap hari selama delapan jam mulai pukul 9 pagi. Namun pada hari Jum’at dan hari-hari libur umum pintu akan ditutup.
Sebelumnya, pemerintah Mesir yang kini dikuasai militer menyebutkan bahwa pintu perbatasan Rafah akan dibuka secara permanen.
Meskipun Mesir berjanji akan membuka pintu perbatasan, sudah sepuluh hari ini kapal bantuan kemanusiaan asal Malaysia yang membawa berton-ton pipa untuk perbaikan saluran limbah di Gaza dilarang masuk lewat Rafah. Mesir malah menyarankan agar muatan kapal MV Finch tersebut diturunkan di Mesir dan dibawa masuk lewat perbatasan yang dikuasai Zionis-Israel. Masalah ini masih ditangani pemerintah Malaysia dan Mesir.*