Hidayatullah.com–Surat kabar ternama Israel Ma’ariv membuat laporan panjang tentang kegagalan intelijen yang dihadapi “Israel” di Gaza sejak menarik diri dari Jalur Gaza pada September 2005 lalu, terutama dalam menghadapi gerakan Hamas.
Sebagaimana dikutip PIC, laporan yang ditulis analis militer zionis Amir Rababort ini menyebutkan, gagagalan ini pada dasarnya karena perselisihan antar berbagai dinas keamanan seperti Shin Bet dengan dinas-dinas intelijen lainnya bahkan termasuk dengan Mossad.
Kegagalan dan ketegangan antara dinas intelijen tersebut mulai Nampak sejak penculikan serdadu Zionis Gilad Shalit pada Juni 2006 lalu.
Setelah “Israel” mundur dari Gaza dan terciptanya situasi baru di sana, pertanyaan yang muncul di kalangan dinas keamanan adalah apakah Jalur Gaza tidak masuk daerah pendudukan dan kewenangan kerjanya dialihkan kepada Mossad.
Namun setelah itu diputuskan tidak melakukan itu. Dikarenakan adanya hubungan yang erat antara apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat yang tanggung jawab keamanannya lebih utama berada di bawah dinas intelijen dan Shin Bet, sehingga Mossad dijauhkan dari Jalur Gaza. Militer israek bekerja di Jalur Gaza untuk menghimpun informasi intelijen yang dibutuhkan melalui agen-agennya.
Laporan Ma’ariv ini menyatakan bahwa intelijen “Israel” telah gagal besar dalam merealisasikan kemajuan apapun dalam kasus penculikan Gilat Shalit yang kemudian disusul dengan langkah Hamas yang memegang kendali atas Jalur Gaza. Disusul kemudian dengan masalah terowongan yang muncul dalam tahun-tahun terakhir ini, bahkan sebagian terowongan sampai ke dalam wilayah penduduk zionis dekat Gaza.
“Semua itu menambah kelemahan intelijen dan perselisihan internal antara dinas keamanan, khususnya Shin Bet yang telah mengirim informasi kepada perdana menteri, sementara militer dan intelijen militer manampik adanya informasi tersebut,” ujar laporan tersebut.
Kesepakatan
Sementara itu, Hayem Yalen, Ketua Dewan Regional Pemukiman Israel Ashkul, meminta pemerintahanya mengadakan kesepakatan politik dengan gerakan Hamas untuk menciptakan perdamaian.
Dalam keterangan menanggapi serbuan Zionis ke Jalur Gaza hari Sabtu (20/12/2014) Yalen mengatakan, pemukim Israel di Askul membutuhkan kesepakatan politik dengan gerakan Hamas. Sebab menurutnya, agresi militer untuk menghalau roket-roket Hamas tidaklah cukup.
Ia bahkan mengkhawatirkan eskalasi militer terhadap Gaza justru akan meningkatkan eskslasi di lapangan dan mengembalikan kondisi selatan Israel kepada situasu sebelum perang terakhir.*