Hidayatullah.com–Namanya adalah Abdurrahman As’ad ‘Arfat (24 th), berasal dari desa ‘Absan Al-Jadidah, bagian timur dari propinsi Khan Yunis. Sebelah barat Jalur Gaza.
Dia gugur saat menggali terowongan. Terowongan yang dikenal dengan nama “terowongan kemerdekaan,” dan demikianlah Abdurrahman menggelarinya.
Pasalnya, melalui terowongan-terowongan semisal itulah para pejuang Palestina, utamanya Brigadir Al-Qassam di Gaza menyusun serangan-serengan mematikan ke jantung penjajah Zionis-Israel. Seperti operasi Penculikan Ghilad Salit (2006), Perang Ashful Ma’kul (2014), dan operasi-operasi gemilang lainnya dalam sejarah perlawanan muslimin Palestina.
Semasa hidupnya sosok Abdurrahman dikenal mencintai dua hal; jihad dan masjid. Dalam berjihad, Brigadir Al-Qassam menempatkannya di bagian persiapan atau penggalian terowongan. Maka diapun bekerja tanpa mengenal lelah dan pantang mengeluh.
The Palestinian Information Centre (Palinfo) berkunjung ke rumah duka, didapatinya sebuah rumah yang tak genap penerangannya namun terang dengan cahaya kesabaran dan keteguhan para penghuninya.
“Sepanjang tahun ini, aku menikahkan tiga putri ku. Namun Abdurrahman tidak pernah meninggalkan tugasnya bahkan di hari pernikahan saudari-saudarinya,” terang sang ayah kepada Palinfo, Senin (06/12/2016).
Sanak saudara dan kerbat duduk mengelilingi sang ayah, menemaninya agar bersabar sedang Ia tak kuasa menahan derai air mata yang terus mengalir.
Namun berbeda dengan sang Ibu, kepada wartawan dia malah berkata, “Saya sudah siap mendengar kabar kematian Abdurahman kapan pun itu, karena dia sedang menempuh jalan kesyahidan. Dan memang mati syahid itulah yang dia damba-dambakan,” katanya.
“Abdurrahman tumbuh dalam pendidikan keislaman yang kental. Sejak giginya baru tumbuh, dia sudah berangkat ke masjid. Di sana Ia menghafal Al-Qur’an. Hatinya memang selalu terikat dengan masjid,” tambah sang ibu.
Di mata para sahabat, sosok Abdurahman dikenal tidak pernah berkata jelek sekalipun dengan maksud bercanda. Pribadinya begitu pemalu dan tawadhu’.
“Cukuplah baginya bahwa perut bumi mengenalnya. Betapa bahaginya mereka yang mengenal tanah yang selalu dia injak itu, sedang dia mempersiapkan diri untuk menemui Nya,” ucap seorang sahabat tentangnya.*/MR Utama