Hidayatullah.com–Liga Arab hari Kamis menyambut baik kesepakatan damai dua faksi Palestina, Fatah dan Hamas, tulis kantor berita China Xinhua. Sebaliknya, Penjajah Israel meradang dengan kesepakatan ini.
Liga Arab yang terdiri dari 22 anggota negara, memberi ucapan selamat kepada pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, dan dua gerakan ini dengan tercapainya sebuah konsensus guna mengakhiri perselisihan politik yang terjadi selama satu dekade di Palestina.
Perdamaian tersebut merupakan jaminan kunci bagi warga Palestina untuk mencapai tujuan kebebasan, kemerdekaan, mengakhiri penjajah Israel dan membangun negara merdeka di perbatasan tahun 1967, kata pernyataan tersebut.
Baca: Hamas-Fatah Sepakat Rujuk, Perbatasan Rafah Siap Dibuka
Dalam pernyataan pers yang dirilis hari Kamis, faksi Jihad Islam menegaskan pentingnya mengambil langkah-langkah yang semestinya untuk meringankan penderitaan warga dan mencabut sanksi yang diberlakukan terhadap Gaza serta menghentikan penangkapan politik di Tepi Barat.
Jihad Islam juga menyerukan agar dilanjutkan dialog seputar masalah-masalah nasional penting dan membangun strategi nasional menyeluruh untuk menghadapi penjajah Zionis dan mewujudkan tujuan-tujuan nasional seperti hak kembali pengungsi Palestina, pembebasan dan kemerdekaan.
Gerakan Hamas dan Fatah telah menandatangani kesepakatan rekonsiliasi Palestina di ibukota Mesir, Kairo, pada hari Kamis (12/10/2017), yang dihadiri Menteri Intelijen Mesir Jenderal Khaled Fauzi, untuk mengakhiri 11 tahun perpecahan internal Palestina.
Dengan kesepakatan baru, Otorita Palestina (PA) yang didominasi Fatah akan mengambil alih tanggung jawab administrasi sepenuhnya Jalur Gaza dari Hamas terhitung mulai 1 Desember mendatang.
Sementara itu, Penjajah Israel menolak mengakui pemerintahan nasional Palestina.
Israel hari Kamis mengatakan, pihaknya tidak akan mengakui pemerintah nasional Palestina kecuali jika Hamas melucuti senjata dan menghentikan seruan menghancurkan negara tersebut, sebuah logika di luar akal sehat, di mana negara yang tanahnya dirampas dan dijajah hampir 70 tahun berusaha untuk mempertahankan diri.
“Selama Hamas tidak melucuti senjata dan menghentikan seruan untuk menghancurkan Israel, Israel menempatkan tanggung jawab di pundaknya atas semua tindakan terorisme yang berasal dari Gaza,” kata kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan dikutip Xinhua.
Israel menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat selama Perang Timur Tengah tahun 1967 dan sejak saat itu merampas dua wilayah meskipun dikritik masyarakat internasional.
Baca: Delegasi Tingkat Tinggi Hamas Kunjungi Kairo untuk Rekonsiliasi
Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah (HAMAS) atau Gerakan Perlawanan Islam lahir pada 18 November 1987, oleh Syeikh Ahmad Yasin kurang lebih 30 tahun, sebagai bentuk perlawanan dan pertahanan diri atas penjajahan terhadap bangsa Palestina selama 7 dasawarsa oleh Zionis-Israel yang didukung Barat.
Sementara Penjajah Israel dipersenjatai senjata-senjata canggih dengan biaya gratis dari Amerika Serikat (AS), Hamas mempertahankan diri dengan alat-alat sederhana buatan sendiri.
Atas usahanya mempertahankan diri dari penjajahan, Israel dan Amerika Serikat (AS) justru memasukkannya sebagai ‘kelompok teroris’.*