Hidayatullah.com–Ribuan rakyat Palestina yang melakukan demonstrasi damai dan Long March ‘Kembali ke Palestina’ yang Terjajah di dekat perbatasan Gaza-Israel kemarin menerima respon brutal dari pasukan Israel, menyebabkan 15 orang gugur dan 1400 orang terluka dalam bentrokan, kementrian kesehatan Palestina mengatakan.
Kementerian mengatakan mereka yang terluka pada Jumat dikarenakan tembakan amunisi tajam dan peluru besi berlapis karet, sementara lainnya terkena gas air mata.
Menurut pernyataan resmi kementrian kesehatan, 15 demonstran terbunuh oleh tembakan peluru Israel dan sejumlah 1416 orang terluka.
Militer penjajah Israel berdalih bahwa tentaranya telah menggunakan “upaya membubarkan kerusuhan dan menembak penghasut utama” dan bahwa beberapa dari para demonstran “membakar ban dan melemparkan batu” ke arah tembok perbatasan dan tentara.
Baca: 15 Orang Gugur dalam Long March ‘Kembali ke Palestina’ yang Terjajah
Setidaknya 10.000 rakyat Palestina di Gaza berkumpul di beberapa titik yang berbeda di sepanjang perbatasan, wartawan AFP mengatakan, dan jumlah yang lebih kecil mendekat beberapa meter dari tembok yang diperkuat.
Tank dan penembak jitu Israel yang ditempatkan di sisi lain perbatasan, menembakkan gas air mata dan amunisi tajam untuk mendorong balik para demonstran.
“Israel harus segera menghentikan penggunaan hal yang akan meningkatkan ketegangan di wilayah,” pernyataan itu mengatakan, serta meminta masyarakat internasional agar memenuhi tanggungjawab mereka untuk membuat Israel menghentikan sikap agresifnya.
Sebelumnya di hari yang sama, sebelum demonstrasi utama bermula, seorang petani Palestina terbunuh di lahannya sendiri oleh tembakan tank Israel di dekat perbatasan.
Baca: Enam Warga Palestina Gugur dalam Long March ‘Kembali ke Palestina’ yang Terjaja
Militer Israel mengatakan tembakan tank terjadi setelah “dua orang mendekati pagar keamanan … dan mulai bertindak mencurigakan.”
Long march itu menjadi pembuka demonstrasi duduk selama enam minggu yang dijuluki “The Great March of Return” (Gerakan Kembali ke Palestina).
Ismail Haniyah, Pemimpin Gerakan Hamas yang mengatur Gaza, juga ikut serta dalam long march tersebut.
“Tidak ada alternatif untuk Palestina dan tidak ada solusi kecuali kembali,” katanya dalam sebuah pernyataan, merujuk pada rakyat Palestina yang berupaya kembali setelah tanah mereka yang saat ini merupakan Israel.*/Nashirul Haq AR