Hidayatullah.com– Seorang pemimpin senior gerakan Fatah pada Kamis (24/9/2020) mengatakan pembicaraan yang sedang berlangsung di Turki dengan Hamas – sangat positif, produktif dan sukses, kutip kantor berita Anadolu Agency melaporkan. Hamas dan Fatah bertemu di Turki pada hari Selasa untuk pembicaraan tentang percepatan islah antar kelompok Palestina.
“Dialog itu merupakan langkah penting menuju konsensus dan membentuk mitra dan menyatukan pendirian Palestina untuk mencapai konsensus melawan semua proyek yang mencairkan perjuangan Palestina,” kata anggota komite pusat Fatah Hussein al-Sheikh melalui Twitter.
Sementara itu, Kepala Kantor Informasi Fatah Munir al-Jaghoub mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa delegasi senior kelompok itu akan mengunjungi Doha, Qatar, sebelum berangkat ke Kairo, Mesir. Al-Jaghoub mengatakan delegasi akan membahas sejumlah topik dengan kepala kedua negara termasuk masalah perdamaian Palestina, tindakan baru-baru ini dari beberapa negara Teluk untuk memulihkan hubungan dengan ‘Israel’ dan perkembangan politik lainnya.
Hubungan Fatah dan Hamas mengalami ketegangangan sejak 2007 ketika Hamas mengambil alih Jalur Gaza dari Fatah yang sekuler setelah serangkaian pertempuran jalanan.
Tokoh utama Hamas Khalil Al-Hayya mengatakan pembicaraan Selasa bertujuan untuk melaksanakan hasil pertemuan sebelumnya antara sekretaris jenderal dari dua faksi yang bersaing yang berlangsung di Ramallah dan Beirut awal bulan ini. “Hamas ingin mencapai persatuan nasional dengan harapan mencapai strategi nasional yang komprehensif untuk menghadapi tantangan dan plot yang menargetkan perjuangan Palestina,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam pertemuan mereka pada 3 September, Hamas dan Fatah menyepakati sejumlah masalah, termasuk memulihkan keretakan mereka dan menegakkan prinsip transfer kekuasaan secara damai melalui pemilihan berdasarkan perwakilan proporsional.
Pada hari Senin, Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan panggilan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di mana dia meminta bantuan Erdogan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung untuk menyembuhkan keretakan antar-Palestina, menurut kantor berita resmi Wafa. Pembicaraan Selasa terjadi beberapa hari setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian yang ditengahi AS untuk menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah ‘Israel’.
Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain baru-baru ini menandatangani perjanjian kontroversial untuk membentuk hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ meskipun mendapat tentangan keras dari Palestina yang menganggap perjanjian itu pengkhianatan atas perjuangan mereka.*