HARI Jumat, (08/04/2016), merupakan hari istimewa bagi Ahmad dan Marisa. Bertempat di Wisma Haji Mabrur Dusun Boniana, Kabupaten Kupang Barat NTT, tepat pukul 10.30 WITA telah diadakan pernikahan keduanya.
Saat akan melangsungkan acara pernikahan, Marisa masih beragama Kristen. Gadis asli Kupang NTT ini dinikahi Ahmad, seorang Muslim, berstatus duda asal Belawan, Medan Sumatera Utara.
Wanita berparas cantik ini rela meninggalkan agama lama dan mengucapkan dua kalimat syahadat dituntun oleh Ustadz Mustaqim Dalang dan disaksikan Ustadz Usman Mamang dan Zainuddin (Kepala Dusun Boniana).
Turut juga menyaksikan kedua orang tua dan keluarga dari Marisa, serta jama’ah Masjid Boniana.
Sebelum Marisa mengucapkan, dua kalimat syahadat. Ustadz Mustaqim Dalang memberikan penjelasan makna syahadat agar bisa dimengerti oleh Marisa.
“Syahadat ini adalah ucapan yang harus dilewati oleh setiap orang ketika akan memeluk ajaran Islam, syahadat ini adalah fondasi atau pokok ajaran Islam. Syahadat ini memiliki makna yang luas artinya,hanya mengaku satu tuhan saja yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. dan meniadakan tuhan-tuhan yang lain, tuhan-tuhan yang lain itu tidak laku dan tidak berhak disembah, serta mengakui Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah Subhanahu Wata’ala,” demikian penjelasan Mustaqim.
Setelah Marisa mengucapkan dua kalimat syahadat. Mustaqim menjelaskan tentang Islam.
“Dalam sebuah rumah ada ruangan tamu, ruangan kamar tidur, ruangan makan, dapur dan MCK. Bangunan dan ruangan tesebut akan terlihat indah ketika pengaturan prabotnya tertata rapi. Begitupun ajaran agama Islam, semua sudah diatur dengan baik dan benar oleh Allah Subhanahu Wata’ala,” tutur Bapak dari Fatimah Azzahroh ini.
Beberapa menit kemudian Ahmad yang akan menjadi suami Marisa mengucapkan ijab-qobul di hadapan Ustadz Mustaqim Dalang.
Menariknya, mahar yang diberikan Ahmad kepada Marisa berupa uang 100 ribu.
Zainuddin selaku kepala dusun menyampaikan gembira telah bertaman saudara seiman.
“Alhamdulillah bertambah lagi saudara kita seiman kita di desa tetangga kita yaitu Desa Sumlili,” ujar Zainuddin.
Kabarnya, menurut Zainuddin, Desa Sumlili penduduknya tak ada satupun yang Muslim.
“Semoga dengan adanya saudara Ahmad dan saudari Marisa memberikan dorongan dan contoh yang baik buat masyarakat di Desa Sumlili agar bisa membimbing mereka kepada jalan yang benar,” demikian papar Zainuddin yang juga muallaf asal Timor Leste.
Rojali tamu yang hadir menyampaikan, baru kali ini ia melihat ada orang tua yang ikhlas melepaskan anaknya untuk memeluk ajaran agama Islam.
“Selama ini saya melihat ketika ada anak yang mau masuk Islam kedua orang tua akan melarang keras anaknya. Kali ini berbeda sekali, dalam hitungan menit setelah mengucapkan dua kalimat syahadat langsung ada ijab-qabul, kemudian disaksikan oleh kedua orang tua pula”. Kata Rojali.*/Abu Zain Zaidan