Tanpa kontak-kontak
dengan dunia Islam, penyatuan Eropa Timur Abad pertengahan awal ke dalam
masyarakat Kristen akan memerlukan waktu lebih lama
Oleh: Dariusz Adamczyk
Perdagangan
Arab dan Kemunculan Negara-negara Awal di Eropa Timur
Bahwa perdagangan Asia
Tengah-Baltic bersamaan waktunya dengan pembentukan negara di Eropa Timur
bukanlah suatu kebetulan.[xvi] Hubungan-hubungan antara kedua proses tersebut sangat dekat.
Pendapatan yang diperlukan untuk membangun negara-negara awal diproduksi tidak
hanya secara lokal di dalam masyarakat tersebut. Sebagai tambahan, upeti,
barang rampasan, tindakan monopoli aliran perak, dan kendali atas perdagangan
jarak-jauh sangat penting sekali. Logam-logam mulia dan barang-barang mewah
memainkan peranan utama bagi kaum elite baru, sedemikian rupa sehingga
barang-barang itu menjadi penting bagi gengsi mereka. Bukan “daratan dengan
penduduk,” tetapi perak, emas, para budak, dan kuda-kuda yang menciptakan basis
kekayaan. Atas kemunculan atau timbulnya negara-negara di Rusia sepanjang
abad-abad kesembilan hingga abad-abad kesebelas (Khazar, Kievan Rus, Volga
Bulgar), upeti dibebankan pada transaksi-transaksi komersil, kendali dan
perlindungan jalur perdagangan, dan perampokan menjadi basis material.
Rusia Abad Pertengahan
sebagian besar adalah suatu produk dari koneksi-koneksi perdagangan antara laut
Baltic dan Asia. Kita dapat juga menunjuk
suatu proses pembangunan-negara yang serupa di sisi selatan Dunia Islam hingga
selatan Sahara. Perdagangan Trans-Sahara di
abad kedelapan hingga abad keduabelas telah menolong pembentukan awal
negara-negara seperti Ghana,
Mali, dan Songhai.
Diatas semuanya, para budak
dan emas diekspor ke pasar-pasar Afrika Utara dan dipertukarkan dengan garam,
tekstil-tekstil, dan sebagainya. Beberapa sejarawan menaksir jumlah para budak
berkulit hitam yang dijual di Afrika Utara di antara tahun 800-1100 sekitar
2,000,000 orang.[xvii] Serupa dengan peran yang dimainkan dinasti Abbasids dan
Saminids di Timur Tengah dalam hubungannya dengan Eropa Timur, dinasti-dinasti
Afrika Utara dari Aghlabids, Fatimids, Almoravids, dan Almohads merangsang pengembangan
ekonomi dan politik di luar batas Afrika dalam Sistem Dunia Islam.
Dari sumber-sumber
tertulis, kita mengetahui bahwa di Kievan Rus, Scandinavia,
dan Polandia para pangeran menghadiahi rombongan mereka dengan perak. Seorang
pedagang Yahudi dari al-Andalus, Ibrahim ibn Jaqub, melaporkan bahwa di tahun
965 seorang Duke Polandia Mieszko I, mengenakan pajak dan upeti dalam wujud
mitkal (koin-koin perak dan potongan-potongannya) untuk membayar rombongannya.[xviii]
Di Scandinavia, para raja
menghadiahi para prajurit mereka dengan logam mulia, dan salah seorang Viking
paling terkenal, Olaf Trygvasson, menjadi raja setelah ia memaksakan pemungutan
suatu upeti besar di Inggris.[xix] Kita telah menyebutkan contoh-contoh dari Rusia.
Oleh karena itu, sumber-sumber
utama material dan yang berarti finansial penting bagi pembangunan
negara-negara trans-tribal (antar-suku) dari Volga sampai Pomerania
adalah upeti-upeti yang dibayarkan dengan barang dan dengan perak, barang
rampasan, serta perdagangan. Pakaian dari bulu binatang dan kulit-kulit, lilin,
madu, batu amber, dan yang terakhir tapi bukan tidak penting, para budak, dapat
dipertukarkan dengan perak dan barang-barang mewah. Mereka menciptakan dasar
untuk pembangunan negara-negara awal di Eropa Timur.
Banjir perak dari Asia
Tengah membantu kaum elite-elite baru untuk membayar rombongan mereka, untuk
membangun piranti negara, dan untuk menaklukkan suku bangsa yang berdekatan.
Dalam konteks ini, kita boleh bermufakat dengan seorang sejarawan Polandia yang
berkata bahwa tanpa Mohammad; dinasti-dinasti pertama Ruric di Rusia, Mieszko
di Poland, dan Gorm di Denmark tidak akan mungkin terwujud[xx] Tanpa
kontak-kontak dengan Dunia Islam, penyatuan Eropa Timur Abad Pertengahan Awal
ke dalam masyarakat Kristen pasti akan memerlukan waktu yang jauh lebih lama.
). [habis/cha/hidayatullah.com]
Catatan-catatan kaki
[i] Thomas S. Noonan, ”When
and how dirhems first reached Russia,”
Cahiers du monde 21, (1980): 401-469; Dariusz Adamczyk, ”Silberströme und die
Einbeziehung Osteuropas in das islamische Handelssystem,” in Die Welt
querdenken. Festschrift für Hans-Heinrich Nolte (Frankfurt am Main 2003),
107-123.
[ii] Thomas S. Noonan, ”The impact of
the silver crisis in Islam upon Novgorods trade with the Baltic,” in
Oldenburg-Wolin-Staraja Ladoga-Novgorod-Kiev. Handel und Handelsverbindungen im
südlichen und östlichen Ostseeraum während des frühen Mittelalters (Bericht der
Römisch-Germanischen Kommission 69, Mainz 1988), 411-447.
[iii] Heiko Steuer, ”Geldgeschäfte und
Hoheitsrechte zwischen Ostseeländern und islamischer Welt,” Zeitschrift für
Archäologie 12, (1978): 255-260.
[iv] A. M. Watson, Agricultural
Innovation in the Early Islamic World. The Diffusion of Crops and Farming
Techniques 700-1100 (Cambridge
1983).
[v] Peter Feldbauer, Die islamische
Welt 600-1250. Ein Frühfall von Unterentwicklung? (Wien 1995), 82-83.
[vi] Izabela Biezunska-Malowist and
Marian Malowist, Niewolnictwo (Warszawa 1987), 270.
[vii] Tadeusz Lewicki, Zródla arabskie do
dziejów Slowianszczyzny, vol. 1-4 (Wroclaw 1956-1988).
[viii] Povest vremennych let, ed. D. S.
Lichacev, V. A. Adrianova-Peretc (Moskwa-Leningrad 1950). Years: 859, 885, 964.
[ix] Die Chronik des Bischhofs Thietmar
von Merseburg, ed. R. Holtzmann (Monumenta Germaniae Historica, München 1980),
140.
[x] H. Clarke and B. Ambrosiani, Towns
in the Viking Age (Leicester 1991); E. N. Nosov, ”The Problem of the Emergence
of Early Urban Centres in Northern Russia, Cultural Transformation and
Interactions in Eastern Europe,” Worldwide Arch. Ser. 6, 1993): 236-256; V. A.
Bulkin and G. S. Lebedev, ”Gnezdovo i Birka (k probleme stanovlenija gorodov),”
Kultura srednevekovoj Rusi (1974): 11-17.
[xi] Serangan-serangan Viking di Laut
Caspia terjadi pada tahun-tahun: 864-884, 909-910, 913-914, 943-944, 965-969.
Lihat Donald Logan, Die Wikinger in der Geschichte (Stuttgart 1987), 233.
[xii] Povest vremmenych let … year
1014.
[xiii] Lihat Lewicki.
[xiv] Didiskusikan pada: Else Roesdahl,
Historia Wikingów (Gdansk
1996), 103.
[xv] Joachim Herrmann, ”Slawen und
Wikinger in der Frühgeschichte der Ostseevölker“, in Wikinger und Slawen. Zur
Frühgeschichte der Ostseeslawen, ed. Joachim Herrmann (Neumünster 1982), 110.
[xvi] Dariusz Adamczyk,
”Orientalno-baltycki system handlowy a proces ksztaltowania sie Europy Wschodniej
w IX i X wieku,” Sredniowiecze polskie i powszechne 2, (2002): 63-88.
[xvii] Ralph Austen, ”The Trans-Saharan
Slave Trade. A Tentative Census,” in The Uncommon Market. Essays in the
Economic History of the Atlantic Slave Trade, ed. Henry A. Gemery and Jan S.
Hogendorn (New York-London 1979), 66. Micha? Tymowski, ”The Early State in
Precolonial West Sudan. Problems of the
Stability of Political Organizations and the Obstacles to their Development,“
in Early State Dynamics, ed. H. J. M. Claessen and P. Van de Velde (Leiden 1987), 54-69; K.
P. Moseley, “Caravel and Caravan. West Africa and the World Economy ca.
900-1900 AD“, Review 15/3, (1992): 523-555; Nehemia Levtzion, Ancient Ghana and
Mali (London 1973).
[xviii]Marian Gumowski, ”Moneta arabska w
Polsce IX i X wieku,” Zapiski Historyczne 24, (1958/1959): 24.
[xix] Roesdahl, 64.
[xx] Henryk Samsonowicz, ”Der Einfluß
des Ostseehandels auf die Entwicklung der Regionen Osteuropas im frühen und
hohen Mittelalter” in Zwischen Lübeck und Novgorod.
Wirtschaft, Politik und Kultur im Ostseeraumvom frühen Mittelalter bis ins 20.
Jahrhundert., ed. Ortwin Pelz and Gertrud Pickhan (Lüneburg 1996), 61.