Hidayatullah.com—Hampir lebih dua dekade, seorang pria Muslim Amerika bernama Mohamed Bzeek, dengan penuh kasih sayang menjaga anak-anak yang menderita penyakit yang mematikan dan tidak memiliki harapan untuk hidup.
Dia sudah mengubur 10 anak-anak, dan ada yang meninggal dunia ketika dalam pangkuannya.
Bzeek (62 tahun), dengan rela hati menjadi orang tua bagi anak-anak yang tidak ada tempat untuk bergantung itu, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Pria asal Libya itu, yang telah ditinggal sang istri, hanya memiliki seorang anak kandung lelaki berusia 19 tahun yang mengalami penyakit tulang rapuh dan kekerdilan, lapor Los Angeles Times.
“Yang penting, Anda harus menyayangi mereka seperti anak Anda sendiri. Saya tahu mereka ini sakit. Saya tahu mereka akan mati. Saya lakukan yang terbaik sebagai seorang manusia dan serahkan yang lain kepada Tuhan, “kata Bzeek, kepada Los Angeles Times.
Bzeek, saat ini sedang menjaga seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang mengalami penyakit otak encephalocele. Anak-anak itu buta dan tuli, mengalami kejang setiap hari dan kedua lengan dan kakinya lumpuh.
“Saya tahu dia tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tapi saya selalu berbicara dengannya. Saya selalu memegangnya, bermain dengannya … Dia memiliki perasaan. Dia milih ruh. Dia manusia, “kata Bzeek kepada Los Angeles Times.
Baca: 100 Ribu Pohon Kurma Diwakafkan untuk Bantu Anak-Anak Yatim
Bahkan anak-anak yang tidak bisa dinamakan itu mungkin sudah mati sekarang ini jika Bzeek tidak menjaganya, Dr Suzanne Roberts, dokter yang mengawasi perawatan anak tersebut di Rumah Sakit Anak-Anak Los Angeles.
Titik Permulaan Anak Menderita Maut
Bzeek, datang ke Amerika Serikat pada 1978 sebagai mahasiswa, mengatakan dia mulai menjaga anak-anak seperti itu pada 1989 setelah menikah dengan seorang wanita Amerika, Dawn.
Menurutnya, istrinya itu sudah menjadi ibu titipan sejak awal tahun 1980-an sebelum mereka berkenalan, dan membuka rumahnya sebagai tempat perlindungan darurat untuk anak-anak yang membutuhkan perawatan atau tempat perlindungan.
Setelah mereka menikah, pasangan itu membuka rumah mereka di Azusa untuk puluhan anak-anak seperti itu.
Mereka mengelola kelas-kelas tentang menjadi ibu dan ayah titipan dan cara menangani penyakit dan kematian anak-anak, di perguruan tinggi masyarakat, menurut Los Angeles Times.
Pada pertengahan tahun 1990-an, pasangan tersebut memutuskan untuk hanya menjaga anak-anak yang menderita penyakit mematikan, karena tidak ada orang yang sudi menjaga mereka.
Namun pada tahun 2000, Dawn jatuh sakit dan mengalami kejang parah sampai menjadi lemah selama berhari-hari.
Akibat tertekan dengan penyakitnya itu, ia mempengaruhi pernikahan pasangan itu sampai mereka berpisah pada 2013. Dawn meninggal kurang setahun kemudian.
Setelah kematian Dawn, Bzeek memutuskan untuk melanjutkan amal istrinya itu sampai sekarang.
Menurut Los Angeles Times, di antara 35.000 anak yang dipantau oleh Departemen Pelayanan Anak-Anak dan Keluarga (DCFS) di negara itu, sekitar 600 dijaga oleh Jasa Manajemen Kasus Medis, yang menjaga mereka yang memiliki kebutuhan medis paling serius.
Satu-satunya Harapan untuk Anak Tiada Tempat Bergantung
Justru, ibu dan ayah titipan sangat diperlukan untuk menjaga anak-anak seperti itu, dan Bzeek seorang yang sanggup meluangkan waktu siang dan malam untuk menjaga mereka.
“Jika ada yang menghubungi kami dan berkata ‘Anak-anak ini harus ke rumah sakit,’ hanya seorang saja yang kami pikirkan. Beliaulah satu-satunya yang akan membawa pulang anak-anak yang kemungkinan tidak akan mampu hidup, “kata Melissa Testerman, koordinator DCFS kepada Los Angeles Times.
Bahkan demi menjaga anak-anak yang sakit seperti itu, Mr Bzeek jarang keluar rumah selain ke rumah sakit dan untuk menunaikan shalat Jumat di masjid.
Baca: Islamic Relief, Bantu Masyarakat Muslim di 32 Negara Selama 2015
Ditanya tentang anaknya sendiri, Adam, yang mengalami penyakit tulang rapuh dan kekerdilan, Bzeek mengatakan ia tidak pernah merasa marah atas apa yang dialami anaknya itu.
Adam kini seberat 29,4 kg (65 pon), belajar ilmu komputer di Citrus College, merupakan siswa paling kecil di kelasnya dan menggunakan kursi roda listrik ke kelas.
“Tuhan sudah ciptakan beliau seperti itu,” kata Bzeek.
Sementara itu, upaya mengumpulkan dana untuk Bzeek di situs Go Fund Me sudah mengumpulkan 205,321 USD sejauh ini.*