Di Pekanbaru, Depok, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Madura, Jakarta, dan Semarang, setiap kali akan memulai pemutaran film dokumenter “Tears of Gaza” (Tangisan-tangisan Gaza) di berbagai kota, tim Sahabat Al-Aqsha (SA) mengajak hadirin mengaminkan doa supaya Vibeke Løkkeberg dan kawan-kawan diberi Allah hidayah untuk masuk Islam. “Aaaamiiiiin,” gumam para hadirin.
Vibeke, perempuan berusia 67 tahun itu, datang ke Gaza yang remuk-redam akibat pengepungan dan serangan bahan-bahan peledak Zionis. Ia mengumpulkan rekaman-rekaman video yang dibuat warga Gaza sepanjang 22 hari serangan biadab Zionis tiga tahun silam. Kemudian ia merangkainya dengan wawancara-wawancaranya langsung dengan warga Gaza. Maka jadilah film dokumenter yang menyentuh hati dengan durasi 1 jam 21 menit.
Vibeke menambah panjang daftar mereka yang bukan Muslim tapi melakukan hal-hal penting untuk menolong rakyat Gaza yang sudah hampir lima tahun ini dikepung, diteror, diserang, dan diintai sepanjang 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
Yang paling terkenal Rachel Corrie, gadis Amerika yang tewas digilas buldozer Zionis Israel yang sedang menghancurkan kebun warga Palestina. Setahun silam relawan asal Itali Vittorio Argoni yang telah bekerja sukarela selama tiga tahun di Gaza, tewas dibunuh para penculiknya.
Di operasi kemanusiaan laut terbesar Freedom Flotilla, akhir Mei 2010, lebih dari seratus orang bukan Muslim yang menyabung nyawa membela rakyat Gaza. Diantaranya Uskup Gereja Ortodoks bernama Illariona Cappuci, yang dipenjara dan dibuang keluar Palestina selama 22 tahun.
Ketika diwawancara oleh Sahabat Al-Aqsha pria berusia lebih dari 80 tahun itu mengaku ditangkap berkali-kali karena mengumpulkan uang dari jemaat gerejanya yang lalu disumbangkannya kepada para Mujahidin untuk membeli senjata.
Ada Ken O’Keefe, bekas anggota marinir Amerika yang membakar paspornya dan berganti kewarganegaraannya jadi Irlandia karena muak pada sikap negaranya yang membunuhi rakyat Iraq dan selalu membela Zionis.
Sarah Colborn, wanita Inggris yang membentak serdadu Zionis supaya dibolehkan membagikan air kepada ratusan relawan Mavi Marmara yang sedang diborgol dan dijemur di bawah terik matahari Laut Tengah, sesudah kapal itu dibajak dan dikuasai.
Apa yang mereka lakukan untuk Gaza dan Palestina, secara zhahir melebihi apa yang dilakukan banyak Muslimin di seluruh dunia. Tapi betapa sayangnya, berbagai amal baik itu kelak bernilai nol di Padang Mahsyar, jika mereka tak sempat mengucapkan Kalimat Syahadatain.
Di kapal itu ada yang lebih beruntung. Peter Vanner, pria berusia 63 tahun yang pernah menyetir sebuah truk trailer berisi berton-ton bantuan kemanusiaan, dari London ke Gaza. Sebelum menaiki kapal Mavi Marmara, ia mengucapkan syahadat,
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.”
Semoga Vibeke Løkkeberg, Uskup Cappuci, Ken O’Keefe, Sarah Colborn dan lain-lain digerakkan hatinya untuk menerima hidayah Allah. Agar amal-amal mereka kelak menjadi penyelamat mereka di dunia dan Akhirat.*
Vibeke Løkkeberg (semoga Allah memberinya hidayah), sutradara film dokumenter Tears of Gaza yang selama bulan Januari 2012 dibawa keliling Sahabat Al-Aqsha untuk ditonton ribuan orang. (foto: filmklubb)