Hidayatullah.com–Bencana erupsi Gunung Semeru memberi dampak bagi banyak kehidupan dan meninggalkan berbagai cerita. Termasuk kisah-kisah menarik dari korban yang selamat, seperti sepasang lansia ini yang ditinggal saat erupsi terjadi.
Saman dan istrinya, Paini, memilih tetap tinggal di dalam rumahnya di Dusun Umbulan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang saat bencana erupsi terjadi. Keduanya tetap diam saat lahar Gunung Semeru menyapu dusun Umbulan, termasuk rumah keduanya.
Menantu dari Saman dan Paini, Mukhri mengatakan kepada hidayatullah.com pada Jumat (10/12/2021), ia terpaksa meninggalkan kedua mertua yang tinggal seatap dengannya tersebut. Ia mengaku keduanya menolak untuk ikut mengungsi saat lahar sudah semakin dekat dengan kediaman mereka.
“Sudah pergi saja, kami di sini saja,” ungkap Mukhri menirukan ucapan mertuanya.
Mukhri mengatakan bahwa ia terpaksa meninggalkan Saman dan Paini, karena tak mungkin juga membawa keduanya dengan paksa. “Mertua saya jalannya sudah tertatih, sedangkan saya juga harus membawa anak-anak saya,” ujarnya.
Awalnya istri Mukhri menolak untuk meninggalkan kedua orangtuanya dan ingin ikut tinggal menemani. Namun dalam situasi genting, Mukhri akhirnya bisa membujuk istrinya untuk mengungsi dan setidaknya menyelamatkan kedua anak mereka.
“Setidaknya yang lainnya bisa hidup,” ungkap Mukhri.
Mukhri yang berprofesi sebagai penambang tersebut mennyampaikan bahwa ia masih mengingat jelas detik-detik erupsi Gunung Semeru terjadi.
“Sekitar jam 4 sore, suasana gelap seperti terjadi gerhana. Dan suara gemuruh semakin mendekat,” tuturnya.
Begitu muntahan lahar berhenti mengalir, Mukhri pun langsung kembali menuju ke rumahnya untuk mengecek kondisi mertuanya.
“Begitu lahar berhenti, saya langsung kembali. Sisa lahar masih panas waktu itu, tapi saya paksakan.”
Sesampainya di rumahnya, sebuah pemandangan menakjubkan terjadi. Ia mendapati kedua mertuanya dalam keadaan hidup, bahkan tanpa terluka, meski rumahnya sendiri luluh lantak akibat terjangan lahar. Subhanallah! Masya Allah!
“Saat saya datang, keduanya sedang tidur di kasur dengan tenang,” ungkap Mukhri.
Mengenai selamatnya kedua mertuanya tersebut, Mukhri menyampaikan bahwa hal itu terjadi karena pertolongan Allah lewat doa. “Mertua saya itu rajin ibadahnya,” ujar Mukhri kepada hidayatullah.com.
Mukhri menyampaikan bahwa mertuanya, Saman, tak pernah absen mengaji dan shalat tahajud setiap malamnya. “Bapak selalu mengaji selepas Isya. Setelah itu dilanjut shalat malam.”
Selain itu, ungkap Mukhri, ia dan keluarga juga rajin mengikuti majelis taklim, baik yang diadakan di desanya maupun di luar.
Dusun Umbulan, kediaman Mukhri dan mertuanya tersebut merupakan salah satu desa yang terdampak erupsi terparah. Beberapa rumah yang berlokasi paling tinggi habis terlibas dan menyisakan pondasi bangunan. Sedangkan yang berlokasi lebih rendah hancur dan tertimbun muntahan erupsi Semeru.
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) bekerja sama dengan Tim SAR Hidayatullah mendirikan posko di Supiturang, Pronojiwo, tak jauh dari Dusun Umbulan. Selain menyalurkan bantuan, BMH-SAR Hidayatullah juga membantu evakuasi, membersihkan bangunan warga terdampak, dan mengadakan program trauma healing.*
Baca juga: Langgar Tetap Utuh Terkena Erupsi, Warga: Selalu Dihidupkan dengan Shalat dan Qur’an
- Liputan ini atas dukungan pembaca hidayatullah.com melalui Donasi Dakwah Media, melalui rek BCA No.00000-000 an yys Baitul Maal Hidayatullah