“BANYAK jalan menuju Makkah.” Pepatah ini cocok untuk menggambarkan terobosan dakwah para dai ini. Hanya dalam waktu sekitar 21 hari, 200-an majalah yang mereka edar ke berbagai sudut kabupaten ludes. Berbisniskah mereka?
Ya, tapi bukan keuntungan materi yang dicari, sebab mereka “berbisnis dengan Allah”. Majalah-majalah itu mereka berikan kepada para calon pembaca tanpa dipungut bayaran alias gratis.
Pembagian majalah gratis itu dicetuskan sekelompok anak muda dalam mengarungi dakwah di pedalaman Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim).
Hampir sepanjang Maret kemarin, para dai itu melakukan terobosan dakwah dengan membagi-bagikan ratusan majalah dakwah nasional kepada para kaum Muslimin setempat, terkhusus yang baru masuk Islam (mualaf).
Setidaknya 10 titik yang menjadi sasaran pembagian majalah. Yaitu masjid-masjid di Long Bagun, Ujoh Bilang, Long Melaham, Mamahak Ulu, Danum Paroy, Muara Ratah, Data Bilang, dan Lutan.
Selain itu, majalah-majalah tersebut dibagikan pula kepada masyarakat di Kampung Mamahak Tebok dan di warung makan Jalan Poros Kabupaten Kutai Barat – Kabupaten Mahulu.
“Rumah makan itu yang banyak orang singgah dan satu-satunya rumah makan yang menghubungkan Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu,” tutur Muhammad Taufik, salah seorang dai penggerak kegiatan pembagian majalah tersebut, kepada hidayatullah.com.
Majalah-majalah berbagai edisi diperoleh dari sumbangan sebuah agen majalah di Kota Balikpapan. Untuk menghabiskan 200-an majalah itu, keempat dai tersebut memakan waktu selama tiga pekan. Maklum, lokasi sasaran dakwah yang berjauhan dan medan yang tidak ringan menjadi salah satu faktornya.
“Kegiatan mulai tanggal 11 sampai 31 Maret 2017. Alhamdulillah berjalan lancar dan (majalah) ludes terbagi ke 10 masjid (dan lokasi lain),” ujar Taufik.
Baca: Lika-liku Dai di Mahulu
Disambut Baik Masyarakat
Para penerima majalah tersebut, termasuk warga dan tokoh masyarakat, menyambut baik serta mengapresiasi langkah dakwah yang ditempuh dai-dai muda itu.
Pak Suharba, warga Desa Long Melaham, misalnya, menyatakan kekagumannya dengan dakwah ormas Islam tersebut serta media massanya. “Salut dan luar biasa. Katanya majalah (Suara) Hidayatullah mudah dipahami isinya dan enak dibaca, ketika saya silaturahim ke rumahnya malam-malam,” ungkap Taufik.
Begitu pula H Samsudin, tokoh masyarakat Desa Lutan. Ia turut mengapresiasi keberadaan majalah Islam yang pada Mei 2017 mendatang genap berusia 29 tahun tersebut. Pesantren itu turut menjadi sasaran pujiannya. “Militan santrinya,” ungkap Samsudin ditirukan Taufik.
Penyebaran dakwah tentu membutuhkan peran media, termasuk majalah. Prinsip itu selama ini disadari bagi para dai tersebut. Inilah antara lain tujuan pembagian majalah. Masyarakat, khususnya di kawasan yang jauh dari keramaian kota besar itu, diharapkan lebih tersentuh dakwah dan media Islam.
Sekaligus, kata dia, dalam rangka sosialisasi lembaga dakwah tempat mereka berkiprah selama ini, baik secara nasional maupun di Mahulu secara khusus.
Baca: Genap 28 Tahun Majalah “Suara Hidayatullah” Mengemban Misi Dakwah
Dakwah mereka pun disambut tokoh Nahdlatul Ulama (NU) setempat. Yaitu, kata Taufik, Ustadz Wari Sulthon, Ketua NU Kabupaten Mahulu di Desa Long Bagun.
“Kita bareng-bareng dakwah antara Hidayatullah dan NU di Mahulu,” pesan Ustadz Wari seperti ditirukan Taufik.
Terpisah, Farid, kepala agen majalah tersebut di Balikpapan membenarkan program pembagian majalah tersebut melibatkan pihaknya. Ia mengatakan, 200-an majalah itu dikirim langsung dari Balikpapan.
“Dikirim pakai ekspedisi ke Melak. Baru lanjut (ke Mahulu pakai) perahu klotok, bahkan ada yang pakai (sepeda) motor,” jelasnya kepada media ini melalui sambungan telepon, Kamis (06/04/2017).
Taufik dkk selama ini aktif berdakwah di Hidayatullah Mahulu. Pesantren ini terletak di Desa Long Melaham, Long Bagun, Mahulu, akan dikembangkan berdiri di atas tanah 3 hektar pemberian hibah dari Pak Suharba. Pesantren ini berdiri sejak 11 Februari 2016, kata Taufik, seiring pemekaran Mahulu dari kabupaten induk Kutai Barat pada Desember 2012.
Desa Long Melaham, menurutnya, dihuni sebanyak 284 lebih kepala keluarga (KK) dengan warga penganut Islam sekitar 84 KK, terdiri dari 6 RT.
Baca: Setelah 11 Tahun, Muslimin Mahakam Ulu Baru Rasakan Daging Qurban
Bagi para dai ormas tersebut, membagi-bagikan majalah secara gratisan sudah menjadi tradisi mereka dalam “berbisnis dengan Allah”. Sejak dulu kala awal-awal berdirinya ormas tersebut 43 tahun lebih yang lalu.
Berdakwah memang jalan “bisnis”, kata Taufik, alias membantu tegaknya agama Allah.
“Walaupun Allah enggak butuh dibantu tapi kita yang membutuhkan. Dan harapan kita dibayar atau diganjar pahala, surga kelak di akhirat, Aamiin,” ungkap pria 33 tahun ini dalam wawancara jarak jauh dengan hidayatullah.com, Kamis siang.
Selain menyambangi rumah-rumah kaum Muslimin termasuk mualaf, dalam dakwahnya, para dai muda itu turut menjalin silaturahim ke warga non-Muslim.
“(Ini) di rumah orang Nasrani,” sebut Taufik menulis keterangan sebuah foto dirinya tampak sedang berbincang santai dengan seorang pria, di sebuah rumah kayu. Di sampingnya tampak seekor anjing ‘menjaga pintu’ sambil tidur.*