Hidayatullah.com–Sejak berdirinya hingga saat ini, lembaga Persaudaraan Dai Nusantara (POSDAI) telah mendukung peran sekitar 800 hingga seribu dai dalam kiprah mereka di seluruh wilayah di nusantara. Bentuk dukungan itu seperti natura dai rutin, bantuan berobat, bantuan pendidikan dai, bantuan alat transportasi dai, dan sebagainya.
Tak berhenti di situ, tahun 2014 ini POSDAI mengagendakan akan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan menajamen jamaah kepada dai dengan tujuan agar terbangun inovasi dalam memberdayakan umat binaan.
“Setidaknya untuk tahun 2014 akan digelar sebanyak 12 kali di berbagai tempat di Indonesia. Kegiatan ini semuanya didukung oleh dermawan atas kepedulian mereka terhadap pengembangan dakwah Islam,” kata Manajer Program POSDAI Pusat, Muhammad Samani Harjo, S.Pd.I kepada hidayatullah.com, Selasa (21/01/2014).
Dengan adanya bekal untuk dai yang memadai, kelak akan ada standarisasi kemampuan dai. Adapun untuk pelatihan manajemen jamaah dimaksudkan agar binaan para dai itu ngajinya tidak sekali sekali saja, tapi bagaimana dalam sepekan itu ada pembinaan rutin.
“Yaitu bagaimana agar para dai memberdayakan jamaahnya. Jadi, dai dai yang telah mendapat natura itu tidak sekedar datang kemudian pulang tapi memang tinggal di wilayah dakwahnya. Mereka datang di suatu tempat dan membimbing umat yang ada disitu, tinggal di situ,” kata Samani.
Kontribusi materiil yang diberikan oleh para dermawan pemerhati pengembangan dakwah Islam melalui lembaga POSDAI sangat membantu peran dan aktifitas dakwah para dai di berbagai wilayah di Indonesia. Apalagi tidak sedikit dai tersebut bertugas di daerah minoritas, terpencil, dan serba terbatas.
“Hanya dengan natura rutin beberapa ratus ribu saja untuk mereka, itu sudah sangat membantu mobilitas dai di daerah terpencil. Dengan begitu, para dai juga bisa lebih fokus membina umat, dan tak risau lagi memikirkan untuk makan anak dan istri,” kata Samani usai Rakernas Posdai 2014 beberapa waktu lalu.
Selain itu, untuk menyiapkan tenaga dai yang sigap dan handal tandang ke gelanggang dalam rangka pengabdian keummatan, POSDAI juga akan kembali melanjutkan pendidikan dai yang digagas bernama Tadribut Duat atau Kuliah Dai Mandiri (KDM).
Pendidikan dai yang berlangsung paling singkat triwulan dan maksimal 1 tahun ini sudah pernah digelar di Kota Depok, Bogor, Jakarta, Balikpapan, dan Palembang.
“Alumni KDM ratusan dan kini bertugas di berbagai tempat. Biaya hidup di tempat tugas ditanggung POSDAI selama 3 bulan pertama, selanjutnya mereka dianggap sudah bisa berakselerasi,” jelas Samani.
Selain program pendidikan dai dengan kegiatan training KDM dengan pola berjenjang, layanan masyarakat POSDAI berupa training motivasi dan pengembangan diri akan digalakkan menyesuikan dengan permintaan masyarakat. Tahun 2013 lalu tim trainer POSDAI yang tergabung di lini layanan Super Live Revolution (SLR), rutin menyambangi sejumlah kota untuk kegiatan tersebut.
Menurut Samani, program Super Live Revolution yang berada di bawah koordinasi POSDAI ini menyelenggarakan layanan pembinaan training lebih kepada penyadaran terhadap ajaran agama Islam bagi peserta.
SLR digelar dengan penayangan visualisasi yang menghibur, menyentuh, dan berenergi lewat multimedia, dengan berisi motivasi, Ilustrasi, interaksi, simulasi, diskusi, dan juga kontemplasi.
“SLR juga membekali peserta untuk dapat memahami al-Qur’an dengan menggunakan metode Grand MBA. Dengan tingkatan bisa membaca, memperbaiki bacaan, dan yang sudah bisa baca dengan baik akan belajar terjemahannya,” pungkas Samani.
Sementara itu, Ketua PP Hidayatullah, Ir Ahkam Sumadiana, ditemui secara terpisah, mengatakan selain dilakukan standarisisi, POSDAI juga perlu melakukan akselerasi program Grand MBA agar terus ada inovasi dan pengembangan.
Lebih jauh ia menjelaskan, pendidikan dan dakwah adalah mainstream gerakan Hidayatullah. Karena mainstream, maka Hidayatullah yang membawahi lembaga POSDAI harus menjadikan dakwah dan pendidikan sekaligus prioritas dari skala-skala yang lain.
“Ketika ia tidak menjadi utama, pasti tidak jalan. Solusinya, tentu, harus ada penanggungjawab dai baik wilayah maupun daerah. Kalau itu tidak ada, nggak bisa. Karena pasti nanti semua berfikir dakwah sebagai sampingan,” kata Ahkam.
Padahal, terang beliau, dalam dakwah ini banyak sekali yang bisa dilakukan, salah satunya adalah Gerakan Nasional Dasar Mengajar dan Belajar al-Qur’an (Grand MBA).
Ahkam berharap POSDAI dapat dikelola lebih profesional dan secara lembaga bisa mandiri. Serta dapat menjadi lembaga penyokong gerak dai secara dinamis. Beliau juga mendorong POSDAI untuk terus merutinkan pendidikan dan penyantunan dai agar kelak melahirkan dai dai yang handal.
“Dan melahirlkan dai yang mujahid, bahkan dai yang ideolog. Karena dai yang ideolog itu walaupun tidak dibiayai ia tetap bisa lari kencang,” tutur Ahkam menandaskan seraya berharap.*