Hidayatullah.com–Sebuah desa di India menjadi “Kampung Janda”, setelah terjadinya keracunan massal akibat minuman alkohol di Sangrampur dan desa sekitarnya.
Dilansir oleh AFP, Ahad (18/12/2011), sejauh ini 170 orang –hampir semuanya laki-laki– telah meninggal dunia akibat minuman beralkohol di desa yang teletak di sebelah timur India itu. Ironisnya, para pria tersebut sebagian besar merupakan tulang punggung bagi keluarga, yang kebanyakan hidup di bawah garis kemiskinan.
“Sekarang ini, rasanya semua jalan menuju ke pemakaman,” kata Abdul Mannan Gayen.
Ia telah kehilangan dua anak laki-laki. Putra ketiganya sedang dirawat di rumah sakit bersama lebih dari 100 orang warga desa lainnya. Keadaan mereka kritis.
Bencana di Sangrampur, masuk wilayah negara bagian Bengal Barat, bukan karena banjir, gempa bumi atau wabah penyakit, seperti yang kerap menimpa penduduk India lainnya. Bencana di desa itu berasal dari minuman beralkohol buatan industri rumahan.
Minuman beralkohol buatan lokal yang biasa disebut ‘hooch’, sudah berpuluh-puluh tahun menjadi minuman favorit para pelanggan miskin di wilayah Sangrampur, yang kebanyakan bekerja sebagai buruh, petani, penarik becak, yang tidak mampu membeli minuman keras bermerek.
Selasa malam pekan lalu, setengah liter hooch seharga cuma 10 sen dolar (sekitar Rp 910) ditenggak bersama-sama oleh penduduk desa.
Pada hari Rabu pagi, rumah-rumah sakit setempat kewalahan menangani pasien yang kritis dan meregang nyawa. Beberapa hari kemudian angka kematian mencapai 50 orang, lalu bertambah menjadi 100, 150 dan seterusnya.
Mereka yang kehilangan nyawa juga mati dengan cara menyakitkan, badannya kram, muntah-muntah dan diare. Mereka meninggalkan anak-anak dan istri dengan masa depan tidak menentu.
“Kami hancur,” kata Rosenara Naskar.
Suami Naskar, yang biasanya tidak menenggak minuman keras, tewas setelah menenggak minuman beralkohol dicampur methanol di rumah seorang kerabat saat merayakan kelahiran putra kedua keluarga itu.
“Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya harus bertahan hidup karena anak-anak. Bagaimana saya memberi mereka makan?” kata Jhunu Bibi.
Perempuan berusia 30 tahun dan memiliki empat orang anak itu hanya bisa pasrah, melihat suaminya pulang dari rumah sakit tanpa nyawa, Jumat pagi lalu.
Anwara Bibi, 23, menjadi janda kembang. Baru menikah beberapa bulan, suaminya –seorang penjahit pakaian– sudah pergi ke alam baka. Perempuan itu tidak punya pilihan lain, kecuali kembali ke rumah ayahnya.
“Hidup saya direnggut,” kata pengantin baru itu.
Di kota Pelabuhan Intan, kamar mayat di rumah sakit terbesar kota itu terlalu kecil untuk menampung semua orang mati. Akhirnya, mayat-mayat digeletakkan di luar.
“Kami menyerah,” kata Chiranjib Murmu, pejabat rumah sakit. “Minuman ini sangat beracun, tidak ada obatnya.”
“Saat mereka tiba di sini, mereka sudah sekarat. Mereka tidak bereaksi terhadap obat apapun,” katanya.
Beberapa hari setelah hari pertama peristiwa keracunan terjadi, orang-orang masih berdatangan ke rumah sakit. Sementara, dari rumah sakit, becak dan delman mengangkut mayat-mayat pulang ke desa mereka.
Di sela-sela kedukaan, muncul kemarahan di kalangan warga.
Jum’at malam, sekelompok orang menyerbu sebuah rumah milik seorang pria yang diduga menguasai peredaran minuman keras ilegal di daerah itu.
Methanol sering ditambahkan ke dalam minuman beralkohol di India. Itu adalah cara murah untuk membuat khamr, minuman memabukkan yang bisa menyebabkan kebutaan dan kematian.
Keadaan di Sangrampur bertambah parah, sebab aparat keamanan yang seharusnya merazia praktek haram itu, justru bekerjasama dengan mafia pembuat minuman beralkohol lokal tersebut.
Hooch benar-benar ‘kuch kuch hota hei’ (arti harfiahnya sesuatu terjadi). Hooch, minuman yang memabukkan itu, menyebabkan banyak perempuan menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim.*