PENELITIAN terbaru dari Harvard Medical School menemukan bahwa mengonsumsi dua porsi atau lebih ikan seminggu dapat menurunkan risiko gangguan pendengaran pada perempuan.
Penelitian yang dilakukan hampir selama 20 tahun ini melibatkan 65.215 orang perempuan yang tergabung dalam Nurses ‘Health Study II’ Time. Para perempuan ini ditanyai soal diet dan kondisi kesehatannya.
Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang mengonsumsi ikan jauh lebih kecil kemungkinannya mengalami gangguan pendengaran. Sekalipun para partisipan lebih memilih ikan salmon dibandingkan lainnya (misalnya kakap), tetapi manfaat kesehatannya tetap sama.
Para peneliti mengatakan, hubungan antara diet ikan dan mempertahankan kesehatan pendengaran belum sepenuhnya jelas. Namun, mereka memiliki hipotesis tersendiri yang mengungkapkan asam lemak omega-3 pada ikan dapat berperan membantu peredaran aliran darah ke koklea.
“Aliran darah ke telinga bagian dalam memerlukan regulasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi. Asam lemak ganda omega-3 tak jenuh yang ditemukan dalam ikan dapat berperan dalam membantu aliran darah koklea. Teori lain adalah salah satu komponen utama yang ditemukan dalam ikan mungkin merupakan bagian integral dalam perkembangan saraf pendengaran,” ungkap peneliti utama studi, Dr Sharon Curhan.
Menurut para peneliti, mengonsumsi ikan memiliki hubungan dengan berbagai manfaat kesehatan, terutama bagi perempuan.
Studi terdahulu telah menemukan, diet tinggi asam lemak omega-3 menurunkan risiko perempuan terserang penyakit jantung, memberikan nutrisi penting bagi perkembangan janin, menurunkan risiko penyakit Alzheimer, dan membantu anak-anak meraih nilai yang lebih baik untuk membaca dan pelajaran matematika.
Namun, harus dicatat, sementara semua ikan yang ditemukan membawa manfaat kesehatan, konsumsi berlebihan dari ikan tertentu menimbulkan efek berlawanan dan membawa konsekuensi tertentu bagi kesehatan.
Lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menyarankan untuk mengonsumsi secara terbatas ikan yang mengandung merkuri tinggi, seperti tuna, ikan bandeng Chili, dan ikan todak.
Merkuri merupakan unsur alami, namun ikan, kerang, dan hewan yang memakan ikan (dengan kandungan merkuri) berisiko membentuk racun kimia yang dikenal sebagai methylmercury.
Paparan merkuri yang tinggi pada manusia diketahui dapat membahayakan otak, jantung, ginjal, dan sistem kekebalan tubuh. Sementara pada ibu hamil dapat mempengaruhi sistem perkembangan saraf bayi mereka.
Kandungan merkuri pada ikan tergantung pada ukuran ikan itu dan di belahan dunia mana ikan itu ditangkap.
Para peneliti berencana melakukan penelitian serupa untuk melihat apakah konsumsi ikan juga dapat mencegah gangguan pendengaran pada laki-laki, demikian seperti dilansir Medical Daily.*