BEROLAHRAGA dapat meningkatkan keragaman bakteri di dalam usus, yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kesehatan jangka panjang, peneliti Inggris melaporkan.
Tingginya kadar diet protein mungkin juga memiliki efek yang sama, kata penelitian itu, yang diterbitkan di jurnal Gut.
“Memahami hubungan yang kompleks antara apa yang kita pilih untuk makan, tingkat aktivitas, dan kekayaan mikrobiota usus, sangat penting,” kata Dr Georgina Hold, dari Institute of Medical Sciences at Aberdeen University di Skotlandia, di dalam jurnal itu.
“Saat harapan hidup terus meningkat, adalah penting bagi kita memahami bagaimana cara terbaik menjaga kesehatan yang baik. Hal yang sangat penting bagi kita bagaimana kita menaruh hormat pada penghuni (usus) mikrobiota kita,” tambahnya, seperti dilansir laman Health belum lama ini.
Dalam melakukan studi ini, para peneliti memeriksa sampel darah dan tinja 40 atlet rugby profesional di tengah-tengah mereka melakukan program pelatihan ketat. Para atlet dipilih untuk penelitian karena merupakan sekumpulan orang yang melakukan intensitas latihan, yang sedang menghadapi diet ekstrim. Para peneliti menggunakan sampel yang dikumpulkan dari orang-orang tersebut untuk untuk mengetahui berbagai bakteri yang ada di dalam usus para atlet.
Sampel para atlet rugby kemudian dibandingkan dengan sampel yang diambil dari 46 orang yang sehat, tetapi bukan atlet. Setengah dari orang-orang ini memiliki indeks massa tubuh normal (BMI, body-mass index) –ukuran yang dapat membantu menentukan apakah seseorang memiliki berat badan normal untuk tinggi badan mereka. Sisanya memiliki lebih tinggi dari normal BMI.
Semua orang menjawab pertanyaan tentang 187 jenis makanan, termasuk berapa banyak yang mereka makan dalam empat minggu terakhir dan seberapa sering. Para pria juga ditanya tentang tingkat khas aktivitas fisik mereka.
Hasil penelitian menunjukkan, para atlet memiliki tingkat lebih tinggi untuk enzim tertentu yang menandakan ada kerusakan otot atau jaringan. Orang-orang ini juga memiliki tingkat lebih rendah dari penanda inflamasi dan memiliki profil metabolik yang lebih baik daripada orang-orang kelompok kontrol “non-atlet” dengan BMI lebih tinggi.
Walaupun penelitian ini tidak berniat untuk membuktikan, tetapi bagaimana pun latihan dan kebiasaan makan membuat atlet lebih sehat dibandingkan orang-orang lain.
Para atlet, kata para peneliti, juga memiliki keragaman yang lebih besar dalam bakteri usus mereka dibandingkan dengan laki-laki bukan-atlet. Hal ini terutama berlaku bila dibandingkan dengan pria dengan BMI yang tinggi.
Tidak hanya ditemukan lebih banyak jenis bakteri, tetapi juga ditemukan jumlah yang lebih besar dalam usus para atlet. Dan para atlet memiliki tingkat jauh lebih tinggi terhadap satu spesies tertentu dari bakteri, yang dikaitkan dengan kecepatan penurunan obesitas dan gangguan yang berhubungan dengan obesitas, kata para peneliti.
Para peneliti menemukan, para atlet makan lebih beragam daripada kelompok bukan-atlet. Protein (sebagian besar daging) menyumbang 22 persen dari asupan energi mereka, dibandingkan dengan 15 persen sampai 16 persen dari bukan-atlet.
Para atlet rugby juga mengkonsumsi suplemen protein dan makan lebih banyak buah serta sayuran daripada bukan-atlet. Bukan-atlet cenderung memakan makanan ringan lainnya.
“Temuan kami menunjukkan, olahraga merupakan faktor penting dalam hubungan antara mikrobiota, pendorong imunitas dan metabolisme, dengan diet memainkan peran penting,” tulis para para peneliti.*