Hidayatullah.com—Kantor berita Agence France-Presse (AFP) mengabarkan dari Madrid, di mana sejumlah reporter mengunjungi pasien-pasien di sebuah pusat rehabilitasi baru bagi penyintas Covid-19.
Dibangun dalam waktu tiga bulan dengan biaya lebih dari €150 juta, Rumah Sakit Isabel Zendal mulai beroperasi pada Desember 2020 untuk merawat para pasien Covid meskipun pusat rehabilitasinya baru diresmikan bulan ini.
“Saya tidak dapat berjalan sendiri,” kata Carolina Gallardo, 51, kepada para reporter.
“Saya tidak dapat menggunakan kedua tangan saya. Coba lihat rambut saya, saya bahkan tidak dapat merapikannya sendiri,” kata wanita itu seperti dilansir AFP Rabu (21/4/2021).
Berusaha bangkit dari kursi, dia berpegangan erat ke palang paralel, perlahan menggerakkan salah satu kakinya dengan susah payah.
Dengan merangkul pinggang Gallardo, seorang perawat fisioterapi dengan lembut membantunya berdiri, memberikan semangat kepada pasien paruh baya itu agar perlahan melangkah dengan menaruh beban tubuhnya di salah satu kaki secara bergantian.
Di pusat rehabilitasi itu, para ahli membantu memulihkan kondisi pasien-pasien Covid-19, yang sejak selamat dari maut, masih saja mengalami kesulitan bernapas atau kehilangan kemampuan motoriknya. “Bahkan untuk memegang sendok atau membuka tutup botol saja tidak bisa,” kata Dr Jose Lopez Araujo menjelaskan.
Para pasien berjalan mondar-mandir dengan elektroda tertancap di tubuhnya, atau dengan sebuah pulse oximeter (alat pemantau denyut nadi dan kadar oksigen dalam darah) terpasang di jarinya.
“Mukzizat saya bisa selamat. Seharusnya saya sudah lewat,” kata Gallardo dengan napas tersengal-sengal, sebuah selang transparan menghubungkan hidungnya dengan sebuah tangki oksigen. Dia baru ini saja kembali dapat berbicara.
“Saya tidak dapat mengatupkan mulut, seorang perawat fisioterapi memasangkan alat peregang agar saya dapat menutup mulut saya. Saya kesulitan untuk berbicara, saya bahkan tidak dapat mendengar suara saya sendiri. Namun kemudian saya mulai dapat mendengarnya dan sekarang saya kembali bisa berbicara,” papar Gallardo perlahan-lahan.
“Ini penyakit yang menyengsarakan,” ujarnya.
Jesus Nogales, 68, dirawat di ruang intensif selama satu bulan.
“Saya tidak sadarkan diri, saya dibius, saya tidak tahu apa yang terjadi. Bagi saya sepertinya dunia itu tidak ada,” kata Nogales kepada AFP.
“Ketika saya keluar dari ruang perawatan intensif, saya merasa seluruh tubuh seperti jeli. Saya sama sekali tidak punya kekuatan. Saya harus belajar berjalan, makan dan menggerakkan anggota tubuh,” jelasnya.
Sama seperti banyak pasien Covid lain, Nogales kehilangan indera penciuman ketika pertama kali terjangkit coronavirus dan mengatakan dirinya ketika itu bisa saja menenggak segelas cairan pemutih tanpa menyadari bahwa itu bukan air minum.
Sekarang di pusat rehabilitasi itu, dibantu oleh ahli dan perawat fisioterapi, Nogales berusaha memulihkan fungsi paru-parunya. “Saya tidak ingin berakhir di kursi roda,” ujarnya.*