Hidayatullah.com — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan Indonesia paling tidak butuh tambahan 58,7 juta dosis vaksinasi Covid-19 untuk anak kelompok usia 6 hingga 11 tahun. Hal demikian ia sampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI.
“Vaksin untuk usia anak 6 sampai 11 tahun itu ada 26,4 juta, jadi mungkin ada butuh tambahan 58,7 juta,” kata Budi Gunadi dalam rapat RDP seperti yang ditayangkan YouTube DPR RI di Jakarta, Senin (08/11/2021).
Pihaknya, kata Budi sudah mempersiapkan anggaran tahun 2022 perihal kebutuhan tambahan vaksin untuk kelompok anak.
Dilanjutkan Budi, pengajuan anggaran itu termasuk pembelian vaksin booster untuk satu kali suntik dan bantuan vaksin booster untuk masyarakat penerima bantuan iuran (PBI) yang tak lain merupakan Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
“PBI maupun juga untuk anak ini sudah kita rencanakan untuk masuk ke anggaran tahun depan karena ada 26,4 juta usia 6 sampai 11 dan itu butuh 58,7 juta dosis karena ini harus dua kali suntik,” jelasnya.
Selain itu, Budi menjelaskan ada beberapa vaksin anak yang sudah mendapat Izin Emergency Use Authorization (EUA) atau Penggunaan Darurat diantaranya, Sinovac, Sinopharm dan Pfizer. “Sinovac dan Sinopharm untuk vaksin anak dosisnya sama, tapi kalau Pfizer itu dosisnya diturunin ke 3 mikrogram,” bebernya.
Budi menerangkan bahwa vaksinasi untuk anak umumnya diberikan di sejumlah negara dengan cakupan vaksinasi mencapai 50 persen. Ia mengatakan kelompok lanjut usia lebih memiliki risiko tertular SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang lebih tinggi dari kelompok anak. “Kalau kita lihat risiko paling tinggi itu orang tua bisa 12 persen, risiko paling rendah itu anak-anak angkanya sekitar di bawah 1 persen, mungkin 0,05 persen,” ujarnya.
Bila dibandingkan dengan risiko kesakitan hingga dirawat di rumah sakit maupun kematian, lanjut Budi, lansia lebih tinggi sekitar 20 hingga 30 kali lebih berisiko dari anak. “Di Indonesia sekarang masih lumayan rendah masih 40-50 persen. Memang prioritasnya vaksin yang ada kita berikan ke lansia dulu sampai selesai untuk memastikan mencegah jangan sampai nanti ada kasus kenaikan,” tukasnya.*