Hidayatullah.com | Suara manusia adalah instrumen musik paling tua yang dimiliki manusia. Sedangkan bernyanyi menyokong kesehatan baik fisik maupun psikologis.
Josephine adalah seorang anak perempuan ynag lahir dengan gangguan pada jantung. Akibatnya perkembangannya agak lambat. Di tempat pelatih bicara Eva Kösters ia diajarkan untuk menyanyikan lagu tentang lebah yang berdengung. Kemudian ia diminta mengambil gambar lebah kecil, setiap kali mendengar kata “Bienchen” atau lebah kecil, dalam lagu yang ia pelajari.
“Bagi Josephine dan anak-anak lainnya, terapi jadi lebih mudah lewat bernyanyi, karena lebih seperti bermain, tidak seperti latihan atau terapi,“ kata sang pelatih sebagaimana dikutip DW belum lama ini.
Melalui pelatihan menyanyi –terutama lewat melodi dan ritme– banyak bagian otak diaktifkan. Jadi bagian akustik, auditif, visual dan motorik. “Itu sangat baik untuk kami gunakan dalam terapi anak-anak, karena seperti bisa dilihat, kemampuan konsentrasi meningkat, juga perhatian mereka. Itu juga bagus untuk terapi kosa kata,“ jelas Eva Köster lagi.
‘Musik sebagai Obat’
Menut Eva Köster, sisi baik bernyanyi adalah orang harus mengingat beberapa kata dan bait. Menyanyi juga ada pengulangan, yang muncul dalam lagu-lagu, orang bisa melatih kata-kata dengan baik.
Tapi tidak hanya pasien muda seperti Josephine yang bisa tertolong lewat bernyanyi. Di sejumlah rumah sakit, bernyanyi juga jadi bagian inti terapi untuk orang dewasa. Para pasien juga senang dengan terapi ini. Bernyanyi membuat mereka senang dan merasa muda.
Menurut Prof. Maike de Wit, ahli onkologi di Vivantes Klinikum mengungkap, “Sebenarnya bernyanyi bagus untuk semua pasien. Tapi terutama sangat bagus bagi pasien yang menghadapi masalah bernapas,” katanya. “Jika orang bernyanyi, orang harus menarik napas dalam-dalam. Orang harus menghembuskan napas secara perlahan, dan mengontrol pernapasan dengan baik,“ tambah dia.
Menjangkau penderita kanker
Terutama pasien penderita kanker paru-paru ingin dijangkau Professor de Wit lewat terapi bernyanyi. “Saya tentu juga banyak berurusan dengan pasien yang sering merasa takut akibat tumor yang dideritanya. Jika mereka bernyanyi dalam sebuah grup dengan banyak orang lain, dan mendengar dirinya sendiri bernyanyi juga orang lain, maka terbentuk rasa kebersamaan.” Jadi perasaan takut juga hilang. Mereka merasa aman dalam pengalaman bernyanyi. Itu efeknya sangat baik.
Efek Bacaan Al-Quran
Jika menyanyi saja punya efek menyembuhkan, bagaimana dengan bacaan Al-Quran?
Sebuah riset menemukan, membaca Al-Qur`an dengan tartil selama 10 menit, dapat mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu yang melahirkan lewat operasi Caesar. Demikian menurut hasil penelitian oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2009.
Sebanyak 16 dari 31 pasien wanita yang diambil datanya di Rumah Sakit Nur Hidayah, Yogyakarta, mengaku mengalami penurunan rasa sakit akibat operasi dalam berbagai tingkatan, setelah membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an. Hal ini diduga karena tubuh mendapatkan rangsangan pada saraf lain yang lebih kuat, sehingga dapat mengalahkan nyeri yang dirasakan.
Menurut penelitian itu, ketika membaca, menyuarakan dan mendegarkan ayat al-Qur`an, ada 3 jenis saraf dalam tubuh yang diaktifkan. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam International Conference on Cross Cultural Collaboration in Nursing for Sustainable Development di Bangkok, Thailand, pada 9-10 September 2013 lalu.
Penelitian serupa juga pernah diungkap di Iran yang ditulis di Jurnal Sabzevar Univeristy Medical Science, Spring 2003, Volume 10, nomor 1 (27). Dalam artikel berjudul “Pengaruh Bacaan Al-Quran pada Tanda Vital Pasien Sebelum Pembedahan” ditemukan efek dari bacaan Al-Quran pada reaksi fisiologis tubuh terhadap stres menjelang pembedahan.
Studi menguji 61 pasien secara acak dan menjadi dua kelompok. Tanda-tanda vital subyek diukur dari jam 8:00-9:00 malam, sebelum operasi. Kelompok pertama didengarkan Surat an-Nur, Al-Maidah dan At Taubah (15 menit setiap kali) melalui hanphone. Sedang kelompok kedua tidak diperdengarkan bacaan Al-Quran.
Temuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara pulse (denyut jantung), respirasi dan tekanan darah dalam tahap pertama antara kedua kelompok. Namun, perbedaan antara denyut nadi dan pernafasan dalam tahap kedua sangat signifikan.
Penelitian juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara variasi tahap pertama dan kedua tekanan darah pada kedua kelompok. Kesimpulannya, mendengarkan bacaan Al-Quran menginduksi penurunan respon fisiologis tubuh terhadap stres (tekanan).
Peneliti Belanda Vander Hoven bahkan pernah menyatakan “Muslim yang dapat membaca bahasa Arab dan yang membaca Al-Qur’an secara teratur dapat melindungi diri dari penyakit psikologis.”
Nah, kalau menyanyi dan membaca Al-Quran bisa punya efek menyembuhkan, mengapa tidak memilih bacaan Al-Quran saja? Apalagi dapat bonus pahala dari bacaannya.*