Hidayatullah.Com – Semakin hari, berita yang tidak memuaskan kalangan pendukung teori evolusi semakin beredar. Tidak hanya karena semakin banyaknya kekeliruan-kekeliruan teori cetusannya Darwin yang diungkap ilmuwan evolusionis sendiri, seperti yang dipaparkan dalam BAGIAN PERTAMA dan KEDUA tulisan ini. Tapi juga lantaran masyarakat semakin tahu akan salah kaprahnya teori usang itu, dan semakin banyak yang tidak lagi mempercayainya.
Sejatinya, kalangan evolusionis tidak perlu sedih dengan perkembangan ini, sebab adalah hal yang biasa jika teori evolusi semakin lama semakin tidak terbukti. Ini dikarenakan teori evolusi dicetuskan lebih dari seabad lalu, di mana ilmu pengetahuan sangatlah terbelakang dan teknologi amatlah kuno. Terbukti semakin benar atau semakin salahnya suatu teori seiring perkembangan ilmiah terbaru adalah hal yang biasa di dunia ilmu pengetahuan, sehingga evolusionis tidaklah perlu cemas.
Baru-baru ini ilmuwan mengungkap bahwa penjelasan evolusi cetusan Charles Darwin mengenai usus buntu ternyata salah. Ini memperpanjang daftar kekeliruan teori-teorinya Darwin, termasuk di dalamnya:
1). Teori tentang asal-usul ayamnya yang dipatahkan ilmuwan Swedia,
2). Teori bulu meraknya yang dimentahkan peneliti Jepang,
3). Pohon silsilah evolusinya yang diumumkan keliru oleh majalah pro-evolusi Inggris New Scientist,
4). Mekanisme seleksi alamnya yang dipaparkan salah kaprah oleh pakar Amerika Serikat.
Sehingga wajar dan alamiah pula jika semakin banyak masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali warga Inggris, tanah tumpah darah Charles Darwin, semakin tidak percaya dengan teori kuno yang lahir di masa terbelakangnya teknologi itu. Kini ilmuwan di negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, Belanda dan Amerika Serikat sudah menerbitkan banyak buku ilmiah, termasuk buku pelajaran untuk pengajaran teori evolusi di sekolah secara berimbang, yang mengajarkan pandangan mereka yang setuju dan tidak setuju teori evolusi. Termasuk bukti-bukti temuan pasca Darwin yang malah membantah pernyataan-pernyataannya. Di antara buku pelajaran sekolah yang sudah beredar luas di Amerika Serikat dan Inggris itu adalah Explore Evolution. Ada lagi buku serupa yang ditujukan untuk pelajaran biologi di Jerman dengan judul Evolution, Ein kritisches Lehrbuch.
Semakin merosot
Di bulan Januari 2009 penelitian di Inggris mendapati bahwa 51% peserta jajak pendapat sepakat dengan pernyataan bahwa “evolusi saja tidaklah memadai untuk menjelaskan struktur rumit pada sebahagian makhluk hidup, jadi campur tangan suatu perancang diperlukan pada tahapan-tahapan utama”. Hasil ini sudah barang tentu tidak menyenangkan kalangan evolusionis, dan mereka berupaya mencari jalan untuk mengembalikan keimanan orang kepada teori evolusi.
Lalu acara besar-besaran memperingati Hari Ulang Tahun Charles Darwin ke-200 pun diselenggarakan di seluruh dunia di sepanjang tahun 2009. Apakah perayaan ulang tahun itu semakin meningkatkan keyakinan masyarakat pada teori evolusi? Jawabannya sungguh mengecewakan pihak evolusionis: nyaris setahun perayaan hari ulang tahun itu malah menjadikan kepercayaan masyarakat pada teori evolusi semakin melorot. Laporan di akhir bulan Oktober 2009 menyebutkan, sekitar 54% (dari 973 peserta jajak pendapat) warga Inggris sepakat agar teori evolusi sepatutnya diajarkan di sekolah bersama-sama dengan pandangan-pandangan lain yang mungkin, seperti penciptaan dan perancangan cerdas.
Darwin salah lagi
Usus buntu sebelumnya sudah lama dianggap Charles Darwin sebagai organ sisa peninggalan evolusi yang tidak memiliki fungsi. Namun beberapa tahun lalu, anggapan evolusi ini ambruk ketika peneliti di Duke University Medical Center mengemukakan bahwa usus buntu itu punya peran penting. Menurut mereka, usus buntu adalah rumah tempat berlindung alias tempat aman untuk mengungsi bagi bakteri-bakteri menguntungkan yang berada dalam usus manusia. Para bakteri itu kemudian balik kembali ke tempat asal mereka di dalam usus setelah peristiwa “banjir bandang atau longsor besar di dalam usus” seperti mencret atau diare telah reda.
“Darwin sekedar tidak punya informasi yang kami miliki,” jelas William Parker, Ph.D., profesor di Duke University Medical Center dan penulis utama kajian tersebut. “Andai Darwin dulu tahu spesies-spesies yang memiliki usus buntu yang menempel pada bagian awal usus besar, dan seandainya ia tahu tentang tersebar luasnya keberadaan usus buntu, dia mungkin tidak akan berpikir bahwa usus buntu merupakan sisa peninggalan evolusi”, tambahnya
Charles Darwin juga tidak mengetahui bahwa penyakit usus buntu bukanlah dikarenakan kerusakan pada usus buntu, melainkan karena perubahan budaya yang terkait dengan masyarakat yang mengalami industrialisasi dan sanitasi yang baik. “Perubahan-perubahan itu menjadikan sistem kekebalan tubuh kita bekerja terlalu sedikit dan terlalu banyak dengan tangan mereka – sebuah penyebab timbulnya masalah,” kata Parker.
Demikianlah, teori evolusi Charles Darwin banyak didasarkan pada ketidaktahuannya tentang ilmu pengetahuan di masanya, di mana ilmu dan teknologi sungguh sangat terbelakang. Saat itu belum ada mikroskop elektron, pengetahuan seputar DNA, biologi molekuler, dan sebagainya, sehingga wajar teorinya Charles Darwin lebih banyak didasarkan pada reka-reka dan praduga semata yang tanpa bukti nyata. Seiring perjalanan waktu, semakin banyak temuah ilmiah mutakhir yang mengungkap kekeliruan teori-teori evolusinya. Tidak heran jika masyarakat yang mengetahui hal ini semakin tidak percaya pada teori evolusi, karena ilmu pengetahuan semakin membuktikannya keliru. (ah/hidayatullah.com)
Daftar pustaka:
Fodor J & Piattelli-Palmarini M (2010) What Darwin Got Wrong. Profile Book, 4 February 2010 (http://www.amazon.com/What-Darwin-Wrong-Jerry-Fodor/dp/0374288798, terkunjungi pada 6 April 2010)
Wynne-Jones J (2009) Poll reveals public doubts over Charles Darwin’s theory of evolution. Telegraph.co.uk, 31 January 2009 (http://www.telegraph.co.uk/news/newstopics/religion/4410927/Poll-reveals-public-doubts-over-Charles-Darwins-theory-of-evolution.html, terkunjungi pada 6 April 2010)
Shepherd J (2009) Teach both evolution and creationism say 54% of Britons. The Guardian, 25 October 2009. (http://www.guardian.co.uk/science/2009/oct/25/teach-evolution-creationism-britons situs terkunjungi pada 6 April 2010)
Duke University Medical Centre (2009) Duke University Medical Center highlights importance of the appendix in human body. 21 August 2009 (http://www.news-medical.net/news/20090821/Duke-University-Medical-Center-highlights-importance-of-the-appendix-in-human-body.aspx, terkunjungi pada 6 April 2010)
Barras C (2008) Have peacock tails lost their sexual allure? New Scientist, 27 March 2008. (http://www.newscientist.com/article/dn13535-have-peacock-tails-lost-their-sexual-allure.html, terkunjungi pada 6 April 2010)
Eriksson J et al. (2008) Identification of the Yellow Skin Gene Reveals a Hybrid Origin of the Domestic Chicken. PLoS Genet 4(2): e1000010. doi:10.1371/journal.pgen.1000010 (http://www.plosgenetics.org/article/info:doi/10.1371/journal.pgen.1000010, terkunjungi pada 6 April 2010)
Lawton G (2009) Why Darwin was wrong about the tree of life. New Scientist, 21 January 2009 (http://www.newscientist.com/article/mg20126921.600-why-darwin-was-wrong-about-the-tree-of-life.html, terkunjungi pada 6 April 2010.