Hidayatullah.com–STUDI terkini jurnal Neurology menyebutkan anak-anak penyandang autis kesulitan untuk menulis dengan rapi. Ironisnya, kesulitan itu diprediksi terus terjadi hingga menginjak usia remaja.
Penelitian American Academy of Neurology melibatkan 24 anak perempuan dan laki-laki berusia antara 12 dan 16 tahun. Separuh dari kelompok itu mengalami gangguan spektrum autisme dan semua remaja itu mendapat penilaian dalam kisaran normal untuk penalaran persepsi pada tes IQ.
Pengujian dilakukan dengan meminta para remaja itu menyalin kata-kata dalam contoh kalimat dengan persis baik ukuran maupun bentuk hurufnya dengan menggunakan tulisan tangan.
Penilaian tulisan tangan itu berdasarkan lima kategori: tingkat keterbacaan, bentuk, kerapian (lurus), ukuran dan spasi. Kemampuan motorik mereka, termasuk keseimbangan dan gerakan, juga diuji dan diberi nilai.
Penelitian ini menemukan remaja autis mendapatkan 167 poin dari total kemungkinan 204 poin pada penilaian tulisan tangan, dibandingkan dengan 183 poin untuk remaja dalam kelompok non-autis.
Hasil menunjukkan signifikansi secara statistik dalam studi tersebut. Para remaja autis itu juga memiliki gangguan keterampilan motorik.
Kinerja tulisan tangan pada remaja autis diprediksi oleh skor penalaran persepsi, yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan penalaran melalui masalah dengan materi nonverbal.
“Keterampilan penalaran dapat memprediksi kinerja tulisan tangan ini menunjukkan adanya sebuah strategi yang dapat dilakukan remaja autis untuk belajar dan menggunakan strategi kompensasi untuk mengatasi kekurangan motorik,” kata penulis studi, Amy Bastian, dari Kennedy Krieger Institute dan Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore.
“Meski remaja autis lebih mungkin memiliki masalah tulisan tangan, ada beberapa teknik untuk meningkatkan kualitas tulisan tangan mereka, seperti menyesuaikan pegangan pensil, menstabilkan tangan yang menulis dengan tangan lainnya atau menuliskan huruf lebih lambat. Terapi ini bisa membantu remaja autis untuk mencapai kemajuan akademis dan berkembang secara sosial,” kata Bastian. *