SEMAKIN meluasnya resistensi antibiotik terhadap pasien bisa memiliki konsekuensi bencana bagi yang menjalani operasi atau kemoterapi, kata satu penelitian.
Di Amerika Serikat, lebih dari setengah kasus infeksi setelah operasi dan lebih dari seperempat dari infeksi setelah menjalani kemoterapi, disebabkan oleh organisme yang yang kebal terhadap obat antibiotik standar, kata para peneliti.
Penurunan 30 persen dalam kemanjuran antibiotik yang diberikan kepada pasien saat menjalani prosedur pengobatan, dapat mengakibatkan 120.000 infeksi dan 6.300 kematian terkait infeksi dalam setiap tahun. Jumlah itu hanya di Amerika Serikat saja, belum di negara lainnya.
“Ini merupakan studi pertama untuk memperkirakan dampak kekebalan antibiotik pada perawatan medis yang lebih luas,” kata Ramanan Laxminarayan, Direktur Center for Disease Dynamics, Economics & Policy di Washington, seperti dilansir Free Malaysia Today pekan lalu.
“Hampir mustahil dapat melaksanakan prosedur bedah umum dan kemoterapi kanker jika resistensi antibiotik tidak ditangani segera.”
Antibiotik secara rutin diberikan sebagai langkah pencegahan untuk pasien yang menjalani operasi dan pengobatan kanker, untuk mencegah infeksi. Namun semakin meningkatnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik yang diresepkan dokter, telah menimbulkan kekhawatiran.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases, adalah yang pertama untuk menguji sejauh mana peningkatan kekebalan atas pengobatan antibiotik.
Tim yang dipimpin oleh Laxminarayan ini mengkaji data dari uji klinis yang dilakukan antara 1968 dan 2011.*