Hidayatullah.com–Peringatan buat Anda yang kerap bermain game komputer online ‘World of Warcraft’, berhati hatilah karena salah satu dari teman satu tim anda mungkin saja merupakan mata mata betulan di kehidupan nyata.
Dokumen yang diperoleh oleh bekas agen Dewan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden, menunjukkan NSA dan CIA dan badan GCHQ Inggris berpikir kalau video game layak dipantau untuk mengumpulkan data intelijen.
Badan badan intelijen itu memilih agar agen mereka menginfiltrasi di dua game online populer ‘World of Warscraft’ dan ‘ Second Life’.
Media ProPublica yang bermitra dengan The Guardian dan New York Times mempublikasikan dokumen yang menunjukkan ada sejumlah batasan untuk melakukan aksi mata mata di dunia elektronik.
Dikutip Radio ABC Rabu (11/12/2013) dokumen itu juga menunjukkan kekhawatiran badan intelijen akan aksi terorisme menggunakan video games sebagai sarana komunikasi.
“Jadi pada dasarnya, mereka takut kalau tempat ini (games) menjadi lokasi persembunyian para kriminal dan teroris,” ujar Elliot.
Dokumen tersebut sekaligus menggambarkan jika badan intelijen mempertimbangkan merebaknya game online sebagai kesempatan besar untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Layanan game online Microsoft Xbox Live memiliki 48 juta pengguna untuk komunikasi teks dan suara di antara mereka.
Bukan suatu kebetulan kalau Xbox Live diperhatikan oleh NSA sebagai platform yang sempurna untuk mengkoleksi ID, geo -location, daftar teman dan komunikasi pribadi.
Elliott mengatakan aksi mata-mata menimbulkan privasi dan masalah hukum .
“Saya kira hal itu menggambarkan semangat NSA untuk mengkoleksi apapun,” ujarnya.
Dokumen yang bocor itu yang ditulis beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa agen intelijen harus beraksi di dunia maya untuk bermain bersama penggila game.
Elliott mengatakan game seperti World of Warcraft bersifat sosial dan seperti Facebook atau Twitter di mana anda bergaul dengan online dapat mengungkapkan informasi pribadi.
Perlawanan
Sementara itu, penulis dunia menyerukan perlawanan atas adanya pengawasan massal di dunia internet yang dilakukan oleh para agen rahasia.
Lebih dari 500 orang penulis dari seluruh dunia melakukan protes bersama-sama menentang pengawasan sistematis massal yang dilakukan melalui internet. Dalam seruan serentak itu, mereka secara bersama-sama menuntut sebuah perjanjian mengikat terkait hak-hak digital.
Berita mengenai pengungkapan informasi yang dilakukan oleh Edward Snowden menunjukkan dengan nyata sejauh mana dinas rahasia di seluruh dunia mematai-matai data-data pribadi milik warga. E-Mail, jaringan sosial dan, setiap halaman internet yang dikunjungi bisa di telusuri, dicegat dan dianalisa. Seperti kasus yang telah terjadi, bahkan Smartphone milik kanselir Jerman Angela Merkel juga tak lepas dari aksi penyadapan NSA atau badan intelijen Amerika.
Dikutip DW. DE, para penulis dari 83 negara yang bekerjasama dan menulis seruan menentang pengawasan sistematis yang dilakukan melalui internet oleh agen-agen rahasia seperti NSA.
Didalam seruan itu mereka menyatakan dengan pasti bahwa pengawasan melanggar privasi, dan membahayakan kebebasan berpendapat dan berpikir. Karena itu mereka menyerukan, melindungi demokrasi di dunia digital.
Yang ikut menadatangani seruan tersebut adalah pemenang penghargaan nobel karya sastra Orhan Pamuk, J.M Coetzee, Elfriede Jelinek, Günter Grass dan Thomas Tranströmer. Seruan ini juga diiklankan di internet dan koran-koran.*