Hidayatullah.com– Berdasarkan laporan The Washington Post, Facebook dikenakan denda sebesar EUR500 ribu (Rp8,4 miliar) setelah perusahaan data analitik Cambridge Analytica mendapatkan data puluhan juta pengguna Facebook secara ilegal dan menggunakan informasi itu untuk memengaruhi hasil pemilu Amerika Serikat pada 2016.
Komisi Informasi Inggris (ICO) menganggap bahwa Facebook tidak memiliki perlindungan data pengguna yang cukup dan gagal menyadari tanda-tanda bahwa Cambridge Analytica menyalahgunakan data para penggunanya.
Data pengguna Facebook yang didapat Cambridge Analytica tidak hanya digunakan untuk mengubah hasil pemilu AS, tapi juga Brexit, lapor The Verge.
Baca: Data 87 Juta Pengguna Facebook Dicuri, Indonesia Korban Terbanyak Ketiga
Pengumuman denda yang diberikan pada Facebook saat ini masih ada dalam tahap awal. Denda tersebut bisa berubah sesuai dengan diskusi antara regulator Inggris dan Facebook.
“Seperti yang sudah kami katakan sebelumnya, kami seharusnya bekerja lebih keras untuk menyelidiki klaim tentang Cambridge Analytica dan mengambil tindakan tegas pada 2015,” kata Chief Privacy Officer, Facebook, Erin Egan.
Bulan Mei 2018, dunia dikejutkan skandal Cambridge Analytica, lembaga konsultan politik yang tersangkut kasus penyalahgunaan data pengguna Facebook mengumumkan akan akan berhenti beroperasi.
Perusahaan ini dituding telah memanfaatkan data pengguna Facebook tanpa izin dan menggunakannya untuk kepentingan politik kliennya ini menyatakan akan menghentikan kegiatan operasionalnya.
Baca: Inilah Semua Data Pribadi Anda yang Disimpan Facebook dan Google
Perusahaan analisa data ini membuat kehebohan dengan memakai data pribadi Facebook untuk pemenangan kampanye Donald Trump,
Kebocoran masif data Facebook pertama kali diungkap bulan lalu. Menggunakan aplikasi survei kepribadian, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook bisa dikumpulkan dengan kedok riset akademis. Data itulah yang secara ilegal dijual kepada Cambridge Analytica dan kemudian digunakan untuk mendesain iklan politik yang mampu mempengaruhi emosi pemilih.
Mesin manipulator pikiran Cambridge Analytica itu tak cuma dipakai dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat dan referendum Inggris. Iinformasi pribadi para pengguna Facebook juga digunakan sebagai senjata untuk keperluan politik, dengan membentuk opini tertentu di jejaring sosial, mempengaruhi pemilihan di 40 negara di seluruh dunia Termasuk menjatuhkan calon presiden di beberapa negara berpenduduk Muslim.*