Al Khatibi menjelaskan makna syeikh dalam ilmu tasawuf adalah seseorang yang memiki kesempurnaan dalam ilmu-ilmu syariah, thariqat (tarekat) serta haqiqat
Hidayatullah.com | AGAR sampai kepada tujuan, seorang salik (penempuh jalan spiritual dalam dunia sufi, red) perlu bimbingan seorang syeikh, dan keberadaan seorang syeikh pembimbing cukup penting.
Imam Al-Ghazali menyatakan, ”Hendaklah bagi seorang salik memiliki seorang syeikh mursyid murabbi, agar ia mengeluarkan akhlak buruk salik, malalui tarbiyah-nya. Dan menggantikannya dengan akhlak yang mulia.” (dalam Ayyuhal Walad, hal. 60).
Al Khatibi menjelaskan bahwasannya makna syeikh dalam ilmu tasawuf adalah seseorang yang memiki kesempurnaan dalam ilmu-ilmu syari’ah dan thariqat serta haqiqat. Ia sampai pada batas kesempurnaan dalam ilmu-ilmu itu, juga pada ilmu mengenai bencana-benacana pada hati dan penyakit-penyakitnya serta obat-obatnya. Jika ia mengetahui dzat-dzat jenis-jenisnya dan mampu mengobatinya. (Syiraj Adz Dzulumat, hal. 78).
Syeikh Bukan Tujuan
Al Khatibi menyatakan bahwa syeikh bukanlah tujuan, syeikh hanyalah wasilah, ia seperti Ka’bah di mana manusia bersujud ke arahnya, namun sujudnya tetap kepada Allah. Akan tetapi itu semua tidak dilakukan sebagai beban, namun berdasarkan kecintaan dan kerinduan serta pedihnya perpisahan. (Syiraj Adz Dzulumat, hal. 78).
Makna Tarbiyah
Tarbiyah adalah istilah yang banyak digunakan oleh ahli tasawuf. Imam Al-Ghazali adalah salah satu dari mereka yang mendifinisikan.
Makna terbiyah menurut Imam Al-Ghazali, ”Mirip dengan apa yang dilakukan seorang petani yang mancabut duri-duri serta menyingkirkan tumbuhan liar di antara tanaman, agar tanaman bisa lebih baik dan menjadi sempurna pertumbuhannya. (dalam Ayyuhal Walad, hal. 60).
Abu Ali Ad Daqqaq menyatakan; ”Barangsiapa tidak ditarbiyah oleh seorang syeikh, maka ia bagaikan tanaman yang tumbuh di padang pasir tanpa dirawat, ia tidak berbuah, dan jika berbuah buahnya tidaklah lezat.” (Syiraj Adz Dzulumat, hal. 79).
Imam Al Ghazali menegaskan,”Dan haruslah bagi seorang salik memiliki syeikh yang mentarbiyahnya, membimbingnya menuju jalan Allah. Karena Allah mengutus untuk hamba-hamba-Nya seorang rasul untuk membimbing ke jalannya. Maka taatkala beliau meninggalkan dunia, maka diteruskan oleh para penerusnya di posisinya dalam rangka membinging para makhluk menuju Allah Ta’ala.” (dalam Ayyuhal Walad, hal. 60).
Imam Al-Ghazali kembali menegaskan perlunya seorang syeikh. Dengan demikian sulit sampai kepada Allah tanpa seorang syeikh pembimbing. Maka benarlah perkataan,”Ambillah ilmu dari lisan para ulama.” (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 79).*