Konsekuensi keimanan seorang hamba adalah tunduk syariat, sudah selayaknya Ramadhan menjadi momentum perubahan
Oleh. Hana Annisa Afriliani
Hidayatullah.com | RAMADHAN adalah bulan mulia yang kehadirannya begitu didamba oleh umat Islam yang beriman. Di dalamnya terdapat obral pahala dan janji Allah bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya.
Tak hanya itu, Ramadhan juga menjadi waktu terbaik untuk melangitkan doa-doa, karena Allah akan mengijabah doa orang-orang yang berpuasa. MasyaAllah..
Rasulullah ﷺ bersabda,
ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ
”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (HR: Tirmidzi).
Dengan sajian terbaik yang disuguhkan Ramadhan tersebut, tentu umat Islam berlomba-lomba mengisi Ramadhan dengan amalan ibadah, mulai dari meningkatkan tilawah Al-Qur’an, salat tarawih, menutup aurat, mendengarkan murrotal, hingga menghadiri kajian-kajian keislaman.
Sungguh, suasana ruhiyah amat terasa di bulan Ramadhan. Namun, semestinya setiap muslim tak hanya ‘getol’ ibadah dan menampakkan identitas keislaman di bulan Ramadhan saja, karena sejatinya setiap muslim diciptakan Allah adalah untuk beribadah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56).
Dan konsekuensi dari keimanan seorang hamba adalah tunduk pada aturan Sang Pencipta, yakni syariat Islam. Oleh karena itu, sudah selayaknya Ramadhan menjadi momentum perubahan.
Setiap muslim wajib mengazamkan diri untuk menjadi pribadi muslim yang jauh lebih baik setelah Ramadhan. Bukan hanya saleh saat Ramadhan saja.
Bukankah sudah selayaknya setiap muslimah yang sudah baligh menutup auratnya secara sempurna? Ya, menutup aurat itu bukti ketaatan kepada Allah, wajib dipakai di sepanjang waktu, tak hanya bulan Ramadhan saja.
Begitu pun membaca Al-Qur’an sudah seharusnya menjadi kegiatan rutin setiap muslim dalam kehidupan sehari-hari.
“Rasulullah ﷺ bersabda;
عن أبي أمامة الباهلي -رضي الله عنه- قال: سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: اقرؤوا القرآنَ فإنَّه يأتي يوم القيامة شَفِيعًا لأصحابه
Dari Umamah RA bahwa Nabi ﷺ bersabda, ”Bacalah Al-Quran, karena dia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela (pemberi syafaat) bagi orang yang mempelajari dan menaatinya.” (HR Muslim).
Tak hanya itu, mengkaji Islam juga kewajiban setiap muslim, bukan pada saat Ramadhan saja. Karena ilmu agama merupakan modal bagi setiap muslim untuk menjalankan kehidupan ini agar sesuai koridor syariat.
Jika tidak mengkaji Islam, bagaimana mungkin bisa selamat? Sedangkan interaksi antarmanusia kian berkembang seiring zaman, termasuk jenis-jenis transaksi muamalah, maka butuh ilmu yang akan menjadi penuntunnya.
Oleh karena itu, mengkaji Islam secara kaffah merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar selamat dunia akhirat.
Dalam riwayat Imam Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya; “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah pahamkan atasnya perihal agama.”
Dengan demikian jangan jadikan amal saleh kita berhenti hanya di bulan Ramadhan saja. Sebaliknya, jadikan Ramadhan sebagai momentun awal perubahan.
Mari azamkan diri untuk berhijrah menjadi muslim yang kaffah. Kelak pasca Ramadhan, setiap waktu kita bernafaskan ibadah kepada Allah sebagai wujud penghambaan kita kepada-Nya.*
Aktivis Dakwah dan Penulis Buku