Hidayatullah.com-Kadang kita temui dalam shalat berjamah, seorang imam langsung saja bertakbir tanpa terlebih dulu memperhatikan barisan di belakangnya, tak peduli apakah barisan makmumnya masih acak-acakan atau tidak.
Atau juga banyak kita temukan, kaum Muslim shalat berjamaah namun ia tak betul-betul mengerti tata-cara shalat yang benar. Hatta, urusan merapatkan dan meluruskan shaf. Fenomena tersebut merupakan bukti bahwa sebagian kaum Muslimin masih menganggap urusan merapatkan dan meluruskan shaf sebagai hal yang sepele dan hanya membuang-buang waktu saja. Akibatnya, masalah ini kurang mendapat perhatian serius.
Sikap seperti ini tentu saja keliru. Karena meluruskan dan merapatkan shaf merupakan bagian dari sempurnanya shalat berjamaah. Sebelum melakukan shalat berjamaah, Rasulullah selalu memperhatikan jamaahnya. Ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang artinya, “Rasulullah, apabila telah berdiri di tempatnya untuk bershalat, tidaklah terus bertakbir, sebelum melihat ke kanan dan ke kiri menyuruh manusia menyejajarkan bahu, seraya bersabda, ‘Janganlah kamu maju mundur, yang menyebabkan maju mundurnya jiwa-jiwa kamu’.” (Riwayat. Ahmad).
Bahkan, Rasulullah pernah menugaskan ‘Ali bin Abi Thalib membantunya meluruskan dan merapatkan shaf shalat berjamaah. Begitu juga khalifah ‘Umar bin Khaththab, jika bertindak selaku imam, beliau belum bertakbir sehingga datang orang yang telah ditugaskan untuk membetulkan shaf, melaporkan bahwa semua shaf telah teratur. Sesudah itu, barulah beliau bertakbir.
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Luruskanlah shaf kalian karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.”(HR Muslim).
Ada juga hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Luruskan shaf sebaik-baik mungkin dalam shalat’.” (Riwayat Ahmad)
Tak Lurus, Penyebab Perselisihan Hati
Dari Abu Mas’ud , ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Luruskanlah (shaf kalian) dan janganlah bercerai berai sehingga akan tercerai berai hati kalian’.”(Riwayat Muslim).
Hadits ini memperlihatkan larangan Rasulullah agar umat Islam tidak bercerai berai. Islam akan kuat di atas landasan berjamaah. Dan Islam tidak akan mudah dicerai-berai, diadu domba antara golongan yang satu dengan yang lain, bila budaya berjamaah menjadi ruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Pelajaran meluruskan shaf dalam berjamaah salah satu contoh yang dilakukan Nabi untuk menanamkan sikap disiplin dan ukhuwah Islamiyah para sahabatnya.
Sebuah pelaksanaan shalat berjamaah yang dilaksanakan dengan baik akan memberi atsar (pengaruh) yang baik bagi pelakunya dan akan memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara kita. Shalat berjamaah juga dapat membentuk pribadi Muslim yang disiplin, penuh tanggung jawab, dan mampu menjalankan nilai-nilai luhur di tengah masyarakatnya.
Dalam di atas hadits Nabi berpesan bahwa shaf yang tidak rapi dan rapat akan menyebabkan terjadinya perselisihan dan perpecahan yang berujung kepada kehancuran, kekalahan, hilangnya kekuatan dan kemuliaan. Bukankah musuh di sekitar kita telah menjadikan kita sebagai santapan yang diperebutkan, sebagaimana makanan yang dijadikan rebutan orang banyak?
Cara Meluruskan Shaf
Anas bin Malik menerangkan cara meluruskan dan merapatkan shaf shalat berjamaah pada masa kehidupan Nabi, ia berkata, “Pada waktu itu masing-masing di antara kami merekatkan bahunya dengan bahu saudaranya, dan telapak kakinya dengan telapak kaki saudaranya.” (Riwayat Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain, ia berkata, “Sungguh aku melihat setiap orang di antara kami melekatkan bahunya dengan bahu saudaranya dan melekatkan telapak kakinya dengan telapak kaki saudaranya. Jika kamu terapkan hal seperti itu saat ini, pasti setiap kalian akan lari seperti larinya (keledai) liar.”
Berdasarkan keterangan hadits di atas, dapat dipahami bahwa cara meluruskan dan merapatkan shaf adalah sebagai berikut:
• Merapatkan bahu dengan bahu, telapak kaki dengan telapak kaki (bagian tumit), lutut dengan lutut, dan mata kaki dengan mata kaki (saudaranya yang ada di sampingnya).
• Menjaga agar bahu, leher, dan dada tetap lurus (dengan bahu, leher dan dada saudaranya), yaitu tidak lebih maju atau lebih mundur dari yang lainnya.
Hikmah
Dari pelajaran di atas bisa kita ambil hikmahnya bahwa merapatkan dan meluruskan shaf merupakan perbuatan yang selalu diperintahkan Rasulullah dan terus dilakukan oleh para sahabat. Rasulullah SAW melakukan hal ini untuk menumbuhkan kerapian, kedisiplinan, dan kekhusyukan, baik dalam shalat berjamaah, maupun dalam kehidupan keseharian. Rasulullah selalu menekankan kepada para sahabat agar selalu memperhatikan cara-cara hidup berjamaah. Salah satunya caranya, saling meluruskan barisan dalam shalat.
Dalam satu riwayat disebutkan, “Ada tiga orang yang diridhai Allah, yaitu seorang yang pada tengah malam bangun dan shalat, suatu kaum (jamaah) yang berbaris untuk shalat, dan suatu kaum yang berbaris untuk berperang ( fisabililah) “.(HR Abu Yu’la).
Imam Qatadah menjelaskan bahwa ada hubungan yang erat antara kewajiban merapikan barisan ketika shalat dengan kewajiban merapikan barisan dalam peperangan. Beliau juga menyebutkan permisalan barisan itu seperti bangunan kokoh (bun-yanun marshush) sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Ahaff: 4)
Akhirul kalam, marilah kita berlomba-lomba menaati perintah merapatkan dan meluruskan shaf. Mulai hari ini juga. Semoga dengan demikian Allah mengokohkan umat Islam sebagaimana bangunan yang kokoh.*/ Maryadi Achmad