SETIAP jiwa tentu mendambakan hidup yang tentram dan bahagia. Dan, Allah Ta’ala telah memberikan jalan atau metode untuk mencapainya. Akan tetapi, sangat sedikit yang benar-benar memahami dan mengamalkannya.
Seperti yang Allah paparkan di dalam Al-Qur’an, “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al-Baqarah [2]: 83).
Ayat tersebut memberikan satu penjelasan bahwa ada lima perkara yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim, yang ini diingkari oleh kaum Yahudi pada zaman Nabi Musa ‘Alayhissalam.
Padahal, mereka telah mengikat janji dengan Allah Ta’ala untuk tunduk patuh dan taat.
Pertama, beribadah hanya kepada Allah Ta’ala
Ibn Katsir menjelaskan bahwa, Allah menyuruh Bani Israel atau Kaum Yahudi agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena untuk itu pula (beribadah) mereka diciptakan.
Sebagaimana Allah tegaskan, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku,” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 25).
Itulah hak Allah Ta’ala yang paling tinggi dan agung, demikian tegas Ibn Katsir dalam tafsirnya.
Kedua, berbuat baik (bersyukur) kepada kedua orangtua
Setelah perintah mentauhidkan-Nya, Allah Ta’ala memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtua. Perintah ini sangat penting, sampai-sampai Allah memadukan antara hak-Nya dan hak kedua orangtua.
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, hanya kepada-Ku kamu kembali” (QS. Luqman [31]: 14). Oleh karena itu, mari perhatikan dengan sungguh-sungguh, bagaimanakah akhlak kita kepada orangtua?
Setelah itu, mari perhatikan rangkaian perintah setelah memuliakan kedua orangtua, yakni memuliakan kaum kerabat dan mengasihi anak-anak yatim. Ibn Katsir menjelaskan definisi anak yatim ini, “Yaitu anak-anak yang masih kecil dan tidak memiliki orangtua lagi yang memberikan nafkah kepada mereka.”
Kemudian orang miskin. “Yaitu orang-orang yang tidak mampu menafkahi diri sendiri dan keluarganya.” Dengan kata lain, siapa tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin, maka sungguh ia telah mengikuti langkah Kaum Yahudi yang mengingkari janjinya kepada Allah Ta’ala, Na’udzubillah.
Ketiga, berkata baik
Firman-Nya, “Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,” memiliki arti, ucapkanlah kepada mereka ucapan yang baik dan sikap yang lembut. Termasuk dalam hal itu adalah amar ma’ruf nahi munkar, demikian ungkap Ibn Katsir dalam tafsirnya.
Terkait hal ini, Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali menyepelekan kebaikan sekecil apapun. Jika engkau tidak menemukannya, (maka dengan cara) “Temuilah saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Imam Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).
Keempat, sholat
Terkait ini sudah jamak dipahami bahwa sholat adalah tiang agama. Rasulullah pernah ditanya seorang sahabat, “Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Sholat tepat pada waktunya.” (HR. Bukhari Muslim).
Kelima, zakat
Bani Israel atau Kaum Yahudi pun sudah diperintahkan untuk menunaikan zakat. Dan, zakat di dalam Islam akan memberikan dampak luar biasa bagi diri dan sesama. Bagi diri akan mendatangkan kebersihan harta, kesucian jiwa dan ketentraman hati. Bagi sesama, akan tercipta pemerataan pemakmuran. Dengan demikian, jangan pernah memandang sepele perintah zakat ini.
Akan tetapi, kelima hal ini diingkari oleh Yahudi, meski mereka telah berjanji kepada Allah Ta’ala untuk melaksanakannya. Dan, hanya sedikit sekali dari mereka yang istiqomah. Adalah pantas jika mereka dikutuk oleh Allah Ta’ala dan menjadi kelompok sesat yang selamanya membenci ajaran Allah dan Rasul-Nya beserta umat Islam (QS. Al-Baqarah [2]: 120).*