Hidayatullah.com—Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute Pizaro Gozali Idrus mengatakan langkah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke lima negara di Timur Tengah harus diapresiasi sebagai bentuk kepedulian terhadap genosida yang menimpa rakyat Gaza.
Meski demikian dia berharap Presiden Prabowo tegas mengambil tindakan yang menurutnya masih belum menyentuh akar persoalan, tanpa konsekuensi nyata menghentikan kekejaman ‘Israel’ yang terus berlangsung.
“Indonesia harus memimpin dunia akhiri genosida Gaza. Ini rekomendasi untuk Prabowo,” tegas katanya dalam pernyataannya hari Jumat, (11/4/2025).
Pizaro juga menanggapi gagasan evakuasi 1.000 pasien asal Gaza yang direncanakan Prabowo yang akhirnya menuai pertanyaan banyak ormas Islam.
Meski kemanusiaan tak boleh ditinggalkan, banyak pihak menilai agenda ini kurang menjawab kebutuhan strategis jangka panjang.
“Saya dengar langsung dari pihak otoritas Mesir bahwa mereka masih mampu menampung pasien dari Gaza. Tidak kekurangan dokter atau rumah sakit,” ujar Pizaro Gozali, yang belum lama ini mengunjungi Kairo.
Ia menilai jika tujuannya benar-benar medis, justru seharusnya Indonesia mendorong pengiriman tenaga medis ke dalam Gaza, bukan hanya evakuasi keluar. “Tapi kalau ini sekadar simbolik, maka Prabowo kehilangan momentum diplomasi yang lebih besar,” katanya.
Diplomasi “Out of the Box”
Menurut kandidat PhD bidang Hubungan Internasional pada Center for Policy Research USM Malaysia ini, diplomasi konvensional saat ini dianggap tidak memadai untuk merespons tragedi kemanusiaan sebesar genosida di Gaza.
Menurut peneliti Timur Tengah ini, Indonesia harus berani mengambil langkah-langkah nyata: pemutusan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv, embargo ekonomi, hingga inisiatif internasional melalui platform seperti ICC dan ICJ.
“Kita tidak bisa lagi berpikir biasa dalam situasi genosida. Pemerintah perlu melakukan diplomasi out of the box,” ujarnya. “Langkah Saudi pada 1973 dengan embargo minyak ke AS sebagai respons terhadap dukungan ke ‘Israel’, harus jadi pelajaran penting,” ujarnya.
Ia juga menyarankan Prabowo bisa memengaruhi Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) untuk menggunakan leverage ekonomi terhadap Amerika Serikat.
“Jika Trump benar-benar berharap investasi 1 triliun USD dari Saudi, maka itu bisa dijadikan alat tekan kepada Washington untuk berhenti menyokong mesin perang Netanyahu.”
Alternatif Intervensi Militer Kolektif
Pizaro menyerukan bahwa dunia Islam perlu mempersiapkan opsi yang lebih berani jika ‘Israel’ tetap mengabaikan tekanan dunia. “Jika deadline untuk hentikan genosida tidak dipenuhi, maka negara-negara Muslim bisa mulai pertimbangkan intervensi militer berdasarkan prinsip Responsibility to Protect (R2P) dalam Piagam PBB.”
“Pendekatan non-militer selama ini terbukti gagal. 51 ribu warga Gaza tewas, bahkan jurnal The Lancet perkirakan lebih dari 186 ribu korban jiwa,” ungkapnya.
Ketimbang menggantungkan harapan hanya pada negara-negara Arab, Pizaro menyarankan Prabowo untuk memperluas aliansi ke negara-negara non-OKI yang sudah lebih dulu bersikap tegas terhadap ‘Israel’, seperti Afrika Selatan, Bolivia, Irlandia, dan Skotlandia.
“Mereka sudah melangkah jauh. Afrika Selatan seret ‘Israel’ ke ICJ. Bolivia putuskan hubungan. Ini bukan lagi sekadar kutukan, tapi tindakan nyata,” tegasnya. “Ini saatnya Prabowo galang ‘koalisi berani’ global.”
Saat ini posisi Netanyahu berada di titik lemah, baik secara politik maupun militer. “Ratusan tentara dan pilot ‘Israel’ mengajukan petisi mogok perang, bahkan ada yang bunuh diri. Mahkamah Agung ‘Israel’ juga mulai melawan kebijakan otoriternya,” kata Pizaro.
Ia menambahkan, ini adalah momentum terbaik untuk menekan ‘Israel’. “Jika dulu Bung Karno bisa galang Asia-Afrika lawan kolonialisme, mengapa kita sekarang ragu melawan penjajahan modern di Palestina?”
Ia mengutip langkah Bung Karno pada 17 Agustus 1960. “Kita menjalankan politik bebas itu tidak sekadar secara cuci tangan, tidak sekadar secara defensif, tidak sekadar secara apologetis. Kita aktif, kita berprinsip, kita berpendirian.”
Menurutnya, kunjungan Prabowo ke Timur Tengah hanya akan sia-sia jika hanya berakhir pada agenda evakuasi.
Publik dan tokoh-tokoh strategis kini menuntut lebih: keberanian untuk membuat sejarah, menyalakan api perlawanan diplomatik dan strategis terhadap genosida Gaza.
“Kalau tidak disertai dengan langkah tegas terhadap ‘Israel’, maka tur Timur Tengah Prabowo hanya jadi labirin genosida tanpa akhir,” pungkasnya.*