BULAN Mei hingga Juli adalah waktu dimana orang tua sibuk berjibaku memilihkan atau mendaftarkan anak ke sebuah lembaga pendidikan. Sekolah formal yang naik daun adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sementara untuk pondok pesantren yang paling favorite adalah pesantren yang memiliki program bahasa asing dan Tahfidz Quran.
Memilihkan pendidikan kepada anak, seperti memilihkan makanan sebelum diberikan. Makanan yang diberikan bukan saja halal, tapi harus thoyyiban. Bukan saja enak tapi harus bergizi.
Begitu pula saat mencarikan tempat pendidikan anak. Bukan saja yang penting sekolah, atau harus di sekolah favorit, atau di sekolah terkenal. Tapi harus memperhatikan nasabiah ilmu dan ideologisnya.
Persoalan memilihkan tempat pendidikan, juga penulis alami sendiri. Pada mulanya saya membebaskan pilihan untuk melanjutkan belajar di mana saja.
Nampaknya kegelisahan sedang dialami anak saya. Untuk mengatasi kegelisahan tersebut saya sarankan anak sulung saya untuk mencoba mendaftar di beberapa tempat.
Dia pun mengikutinya, dengan mendaftar di MTsN 1 Nganjuk diterima, juga mencoba mendaftar di SMPN 1 Nganjuk juga diterima. Bahkan saya berikan kesempatan mencoba mendaftar di sekolah atau madrasah dan pesantren luar kota. Akhirnya Pondok Modern Darul Ihsan Nganjuk yang menjadi pilihannya. Alasan dia mantap memilih di Darul Ihsan karena ingin mendalami bahasa, dimana di Pesantren ini terdapat ciri khas adalah penguatan bahasa Arab dan Inggris. Dia mengetahui karena saat mengikuti kegiatan ekstra bahasa di MI yang mengajar adalah alumni pesantren modern tersebut. Selain itu saya menyetujui lebih karena idiologis, yaitu walaupun pondok modern tapi bernafaskan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Kembali ke persoalan nasabiah ilmu, harus kita cari tempat pendidikan yang memiliki silsilah ilmu. Ilmu yang akan digali memiliki pertalian rangkaian perjalanan sampai pada sumber ilmu, melalui wasilah/perantara para guru yang urut dan runtut. Bahkan jika perlu bersambung dengan ulama salaf dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Begitu pula dengan ideologisnya. Harus kita lihat secara jelas. Jika ideologisnya tidak jelas atau menyimpang, maka produknya juga akan bermuara kearah yang tidak jelas tujuannya.
Menurut saya ideologis harus jelas, yaitu ideologis keagamaan dan kebangsaannya. Karena kita hidup di bumi Indonesia.
Dalam mencari ilmu bukan saja kita ingin sekedar pandai, cerdas, mapan dalam satu pekerjaan, tapi harus memperhatikan manfaat dan barokahnya dari suatu ilmu.
Ilmu tersebut akan membawa kebaikan dan keselamatan kehidupan di dunia dan akhirat atau tidak. Karena yang kita tuju bukan sekedar sukses di dunia, tapi juga harus sukses di akhirat kelak.
Ilmu yang manfaat dan barakah adalah ilmu yang dapat memberikan kegunaan dan melahirkan kebaikan-kebaikan bagi dirinya , keluarganya, dan orang di sekitarnya, serta lingkungan yang lebih luas. Tidak melahirkan gangguan-gangguan kepada siapapun. Atau melahirkan kejelekan dan kerusakan bagi dirinya dan lingkungannya.
Supaya menghasilkan ilmu yang demikian, membawa spirit kemanfaatan menuju kebaikan bersama, harus lahir dari ilmu yang nasabnya jelas. Berantai sampai pada sumber ilmu melalui wasilah guru, kiai, maupun gejala alamiah lainnya yang tersambung secara runtut dan mutawatir.
Baca: Orang Tua Muslim Harus Pahami Fase Penting Perkembangan Anak
Tempat yang pas untuk memberikan pendidikan kepada anak, menurut saya adalah pondok pesantren. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh orang-orang yang telah memberikan kontribusi besar terhadap tegaknya NKRI.
Yang dalam perkembangannya pesantren memiliki lembaga formal tanpa meninggalkan kekhasannya, baik lembaga formal reguler maupun berbentuk lembaga modern dengan keunggulan baru yang ada di dalamnya. Ibarat makanan, yang baik, bergizi, yang insya Allah akan memberikan kemanfaatan dan keberkahan, sebagaimana bukti dan uji lulusan pesantren selama ini. Karena selalu dikawal oleh para pengasuhnya yang terjaga baik fisik terutama hatinya selama 24 jam.
Hal demikian, sangat tepat mengingat lingkungan yang saat sekarang kurang mendukung, penuh dengan virus negatif yang bebas bertebaran. Pagi hari anak dididik kebaikan terkadang ketika sorenya bertemu dengan hal-hal yang kurang baik.
Orang tua pun sudah tidak mampu mengontrol secara penuh. Jadilah anak tersebut terwarnai lingkungannya. Sekali lagi saya tegaskan, menurut saya pesantren menjadi solusi pendidikan umat di masa kini. Wallahu a’llam.*/Muhammad Ali Anwar, penulis adalah dosen Institut Agama Islam (IAI) Pangeran Diponegoro Nganjuk