IA berkata, “Wahai anakku, siapa yang berbohong, ia akan kehilangan cahaya di wajahnya. Barangsiapa yang bertabiat buruk, ia akan dikuasai oleh kegelisahan. Memindahkan sebuah gunung ke tempat lain itu lebih mudah daripada memberi kepahaman kepada orang-orang bodoh.” la berkata, “Anakku, hindarkanlah dirimu dari berkata bohong, karena kelezatannya seperti daging burung pipit, tetapi akan cepat mendatangkan permusuhan.”
la juga berkata, “Wahai anakku, utamakanlah shalat jenazah, dan perbanyaklah mengambil bagian dalam shalat jenazah, dan hindarkanlah dirimu dari menghadiri pesta. Karena jenazah mengingatkan akhirat, sedangkan pesta mendorong pada kesibukan dunia. Anakku, janganlah engkau makan sampai kenyang. Lebih baik makanan itu engkau berikan kepada anjing daripada engkau makan sampai kenyang. Anakku, janganlah engkau terlalu manis sehingga engkau akan ditelan, dan jangan terlalu pahit sehingga manusia akan meludahimu. Anakku, janganlah engkau lebih lemah dari seekor ayam jantan. la bangun pada waktu sahur lalu berkokok, sedangkan engkau masih tidur. Anakku, jangan berlambat-lambat dalam bertaubat, karena kematian datangnya tidak dapat ditentukan, sewaktu-waktu ia datang menemuimu. Anakku, janganlah berteman dengan orang-orang jahil, karena kata-kata jahilnya lambat laun akan engkau sukai, dan janganlah bermusuhan dengan ahli hikmah, agar mutiara hikmahnya tidak terlepas darimu. Anakku, janganlah memberi makan kepada siapa pun kecuali kepada orang yang bertakwa, dan dalam segala urusanmu, bermusyawarahlah dengan alim ulama.”
Ketika ia ditanya tentang orang yang paling buruk, ia menjawab, “Orang yang tidak pernah merasa malu dan resah, meskipun ada orang lain yang melihat ia melakukan keburukan.”
la berkata, “Wahai anakku, seringlah bergaul dengan orang yang shalih, sebab engkau akan memperoleh keshalihan dengan bergaul dengannya. Ketika rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala turun kepada mereka, engkau juga akan memperoleh bagiannya. Jauhilah bergaul dengan orang jahat, sebab jika bergaul dengan mereka tidak dapat diharapkan untuk memperoleh kebaikan dari mereka. Tetapi ketika turun malapetaka ke atas mereka, engkau akan memperoleh bagiannya.”
Ia berkata, “Seorang ayah yang memukul (untuk mendidik) anaknya sangatlah bermanfaat, sebagaimana air bermanfaat bagi tanaman.” la berkata, “Wahai anakku, setelah engkau lahir ke dunia, setiap hari engkau semakin mendekati akhirat. Anakku, jagalah dirimu dari menanggung utang, karena utang itu merupakan kehinaan pada waktu siang, dan kegelisahan pada waktu malam. Anakku, takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga engkau tidak berani mendurhakai-Nya, dan berharaplah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga engkau tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Anakku, apabila seseorang datang kepadamu dengan mengadu bahwa kedua matanya dicukil seseorang, dan engkau melihat sendiri bahwa kedua matanya telah keluar, namun jangan sampai engkau memutuskan sebelum engkau mendengar pengaduan pihak yang lain, karena boleh jadi sebelum tercabut kedua biji matanya, ia yang mendahului, dan ia telah mencabut empat biji mata orang lain.”
Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi rah.a. menceritakan, ketika Luqman a.s. hendak meninggal dunia, ia berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, pada waktu hidupku aku telah banyak memberi nasihat kepadamu. Sekarang aku akan memberi enam nasihat yang terakhir: (1) Lakukanlah kesibukan dunia sekadar untuk mencukupi keperluanmu di dunia ini. (2) Beribadahlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekadar engkau berhajat kepada-Nya (tentu saja manusia selalu berhajat kepada-Nya untuk memenuhi semua keperluannya). (3) Persiapkanlah kehidupan akhirat sesuai dengan kadar kehidupanmu yang akan engkau jalani di sana. (4) Berusahalah melepaskan dirimu dari neraka, sehingga engkau yakin telah terlepas dari neraka. (5) Beranilah berbuat dosa jika engkau mampu menanggung adzab di neraka. (6) Apabila ingin berbuat dosa, carilah tempat yang tidak dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan malaikat-Nya (tentu saja mustahil, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Melihat).”*
Dari buku Fadhilah Sedekah karya Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a.