SEANDAINYA orang-orang yang sehat mengetahui apa yang ada di dalam kubur yang berupa tubuh yang menua dan hancur, niscaya mereka akan giat dan bersungguh-sungguh dalam mengisi hari-hari mereka yang kosong karena takut menghadapi hari di mana hati dan mata dibolak-balikkan.
Dari Yahya bin Abi Katsir berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan dalam khutbahnya, “Di manakah orang-orang yang membersihkan wajahnya dengan baik, menakjubkan dengan masa muda mereka, yang tidak memberikan kemenangan dalam medan peperangan? Di manakah orang-orang yang membangun kota-kota dan membentenginya dengan dinding? Waktu akan menghancurleburkan mereka dan mengantarkan mereka ke dalam kegelapan kubur. Ikutilah wahyu, ikutilah wahyu, itulah jalan keselamatan, itulah jalan keselamatan.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abi An-Dunya dengan sanadnya, dari Hasan Radhiyallahu Anhu berkata, “Seorang pemuda melewatiku, dengan memakai pakaian bagus kemudian saya memanggilnya, “Seorang anak Adam sungguh menakjubkan dengan masa muda mereka, menakjubkan dengan keindahannya, padahal seakan-akan kubur telah dekat dan mengelilingi badan Anda, seakan-akan pula Anda telah berhadapan dengan amalan-amalan Anda. Sungguh celaka, segera obatilah hati Anda, dan adalah kepentingan Allah untuk memperbaiki hati hamba-hambaNya.”
Umar bin Dzar memberikan nasehat sebagai berikut, “Seandainya orang-orang yang sehat mengetahui apa yang ada di dalam kubur yang berupa tubuh yang menua dan hancur, niscaya mereka akan giat dan bersungguh-sungguh dalam mengisi hari-hari mereka yang kosong karena takut menghadapi hari di mana hati dan mata dibolak-balikkan.”
Maimun bin Mihran berkata, “Saya pernah keluar bersama Umar bin Abdul Aziz Radhiyallahu Anhu menuju pemakaman. Ketika Umar melihat makam, ia menangis, lalu berkata, “Wahai Abu Ayyub, inilah makam nenek moyangku Bani Umayyah, yang seakan-akan mereka tidak bergabung dengan para pemuji dunia dalam kenikmatan dan kehidupan mewah mereka. Tidakkah engkau melihat mereka saling bermusuhan, telah ditimpakan atas mereka hukuman, ditetapkan dalam diri mereka suatu bencana, dan badan mereka dimakan oleh rayap.”
Kemudian, ia kembali menangis hingga pingsan dan tersadar, lalu berkata, “Pergilah bersama kami, demi Allah, saya tidak mengetahui seorang pun yang lebih merasa nikmat daripada orang yang telah pergi menuju makam ini dan telah terbebas dari siksa Allah Azza wa Jalla.”
Muhammad bin Shalih At Tammar berkata, “Suatu hari, Shafwan bin Salim mengunjungi pemakaman Baqi’, dan ia melewatiku, maka saya pun mengikutinya pada hari tersebut, lalu saya berkata, “Demi Allah, saya akan melihat apa yang dia kerjakan.”
Muhammad bin Shalih melanjutkan, “Kemudian Shafwan menundukkan kepalanya, dan duduk di salah satu makam seraya terus menangis sampai saya menenangkannya, dan saya menduga itu adalah makam sebagian keluarganya.
Pada lain waktu, ia kembali melewatiku, dan saya mengikutinya, kemudian ia duduk di samping makam lainnya, dan mengatakan seperti yang dikatakan sebelumnya. Selanjutnya, saya menyampaikan hal itu kepada Muhammad bin Al-Munkadir seraya mengatakan, “Saya menduga itu adalah makam sebagian keluarganya.”
Muhammad bin Al-Munkadir menjawab, “Mereka semua adalah keluarga dan saudara-saudaranya. Dia (Shafwan) adalah seorang lelaki yang tergerak hatinya dengan mengingat mati setiap kali ia dihadapkan dengan kekerasan.”
Diriwayatkan dari Muthraf Al-Hudzali berkata, “Seorang wanita yang taat beribadah dicela karena banyak mendatangi kuburan, lalu wanita itu berkomentar, “Jika hati yang keras telah berpaling, maka tidak akan ada yang mampu meluluhkannya kecuali gambaran bencana. Sesungguhnya saya mendatangi kuburan karena saya seakan-akan melihat mereka telah keluar dari kerandanya, dan seakan-akan saya melihat wajah-wajah yang penuh dengan debu itu. Juga, kepada tubuh-tubuh yang menua dan hancur, dan kafan-kafan yang kotor. Demikianlah sebagian pemandangan dalam kubur.”*
Dari buku Tamasya ke Negeri Akhirat karya Syaikh Mahmudal Al-Mishri.