Oleh: Ali Akbar bin Aqil
BELAKANGAN ini kita dikejutkan oleh fenomena wabah virus zika. Virus zika adalah virus yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk. Ribuan orang di seluruh dunia terutama di Amerika Selatan terpapar virus satu ini. Menurut ahli medis, virus zika adalah, “Virus yang proses penularannya melalui nyamuk Aedes aegypti. Masih satu famili dengan virus lain seperti virus penyebab penyakit demam berdarah, penyakit kuning, dan penyakit chikungunya.” (www.deherba.com). Virus ini banyak menyerang ibu hamil sehingga merusak jaringan otot dan saraf di otak janin yang bisa membuat otak bayi cacat atau mengecil.
Dalam Bahasa Arab, nyamuk disebut ba`udhah, birmisy, atau naamuus. Nyamuk sering kita lihat sebagai binatang yang tidak ada lucunya sama sekali. Gara-gara nyamuk kaki, tangan, atau wajah kita bentol-bentol kemerahan setelah ‘dikecup’ olehnya. Tidak usah bicara soal gigitannya, suaranya saja sudah membuat kita tidak nyaman, bukan? Nyamuk juga bisa mengakibatkan kematian bagi banyak orang.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 26, Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan.
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih dari itu.”
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari nyamuk. Pelajaran pertama adalah janganlah kita menjadi orang sombong. Orang jawa biasa membahasakan sombong itu dengan dumeh. Maka kalau jadi orang itu, “Ojok (jangan) dumeh.” Apa yang harus kita banggakan dari diri kita? Kekuatan fisik? Ongis jelas berada di atas kekuatan fisik kita, dapat berlari gesit dan menyabik mangsanya dengan garang tanpa ampun. Dengan menyesapi hikmah virus zika kita belajar untuk tidak jadi orang yang sombong, lupa daratan, memandang orang lain dengan pandangan remeh.
Memang nyamuk bisa menjadi simbol kelemahan karena bentuk fisiknya yang kecil dan lemah. Tapi siapa yang meragukan nyamuk yang bisa membuat kita terkapar tak berdaya, betapapun kekuatan dan kepintaran kita? Kita sering menduga diri kitalah yang paling kuat dan berkuasa hanya lantaran memiliki keunggulan materi, persenjataan, jabatan, dan teknologi. Kelalaian dan kelengahan membuat mata hati kita tertutup, bahwa suatu saat keangkuhan tadi akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Pelajaran kedua, jangan pernah memandang kecil setiap kebaikan dan keburukan sekecil apapun itu. Sedikit dari kebaikan yang kita lakukan, kerjakanlah dengan istikamah dan penuh kedisiplinan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun itu.”
Begitu pula halnya dengan keburukan dan perbuatan maksiat, jangan pernah kita pandang dengan sebelah mata. Dosa kecil tidak akan selamanya menjadi kecil jika kita terus melakukannya. Tutuplah segera lubang-lubang yang berpotensi menyeret kita melakukan perbuatan maksiat. Virus zika pada mulanya berawal dari nyamuk yang kita pandang remeh dan lemah, tapi apa dampaknya? Ribuan ibu hamil harus siap-siap melahirkan bayi yang cacat. Maukah amal kita cacat oleh kemaksiatan kita sendiri?
Sesuatu yang nampak remeh dan enteng belum tentu tidak memiliki nilai. Sayidah Aisyah RA memeringatkan sikap memandang enteng dosa-dosa yang dianggap kecil, “Janganlah kalian memandang remeh sesuatu yang kecil (dosa-dosa kecil) sesungguhnya gunung yang menjulang awalnya berupa batu-batu kecil.”
Pelajaran ketiga, janganlah kita bertingkah bak nyamuk. Jangan kita menjadi orang yang mengisap darah dan keringat orang lain tanpa kita berikan haknya. Contohnya, kita meminjamkan sejumlah uang namun dengan bunga (riba), kita mengisap orang lain dengan cara menjadi rentenir. Kita hisap tenaga orang lain, setelah itu kita campakkan dalam keadaan tidak berdaya, terkulai lemas. Jangan kita menjadi bak nyamuk yang mengotori lingkungan kita sendiri, mengotori dengan membiarkan nyamuk-nyamuk Narkoba, Minuman Keras (Miras), kumpul kebo, pergaulan bebas, dan sebagainya. Kita bersihkan lingkungan dan rumah kita dari nyamuk-nyamuk peneror iman, akidah, dan moral. Kita basmi telur-telur nyamuk maksiat, kelaliman, dan ketidakadilan dari diri kita dan keluarga kita.
Pelajaran keempat, senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Sebagai hamba Allah hendaklah kita senantiasa optimis dengan pertolongan Allah. Allah akan menolong siapa yang Dia hendaki. Siapa sangka di balik kelemahannya ternyata nyamuk bagian dari junudurrahman (tentara-tentara Allah) yang sanggup meluluhlantakkan segala sesuatu. Misalnya kisah Namruz, raja yang sangat zalim dan menganggap dirinya Tuhan itu mati lantaran disengat nyamuk. Kita, Umat Islam, sering menjadi korban opini jahat sebagai golongan teroris atau ahli korupsi sehingga muncul ungkapan, “Lebih baik pemimpin kafir daripada pemimpin muslim tapi korupsi.”
Dengan bersandar kepada Allah, kita akan mendapat energi yang besar untuk kesuksesan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Orang-orang lemah itu bisa menjadi sebab datangnya pertolongan, kemenangan, dan kelapangan rezeki dari Allah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Boleh jadi, seorang (mukmin) yang miskin, lemah, compang camping lagi berdebu, tertolak setiap mendatangi pintu-pintu, Tetapi jika bersumpah dan berdoa pasti Allah memperkenankan permohonannya.”
Tanamkan keyakinan apa yang di sisi orang-orang kafir tidak lebih berharga dari sayap seekor nyamuk . Tumbuhkan pula rasa optimis akan dekatnya nusrah (bantuan) dari Allah, karena orang-orang yang beriman jauh lebih mulia dan lebih tinggi. “Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati padahal kamulah yang lebih tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali Imran : 139).*/Penulis Buku “5 Amalan Penyuci Hati”