Sambungan artikel PERTAMA
Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, Sa’id bin Malik bin Sinan radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Sallallahu ‘alihi wasallam bersabda:
Dahulu, di zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Dia pun bertanya tentang orang yang paling alim di muka bumi ketika itu, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang rahib (pendeta, ahli ibadah).Maka dia pun mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa, apakah ada taubat baginya?
Ahli ibadah itu berkata: “Tidak.” Seketika laki-laki itu membunuhnya.Maka dia pun menggenapi dengan itu (membunuh rahib) menjadi 100 jiwa.Kemudian dia menanyakan apakah ada orang yang paling alim di muka bumi ketika itu?Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu.Maka dia pun mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 100 jiwa, apakah ada taubat baginya? Orang alim itu berkata: “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari taubatnya?Pergilah ke daerah ini dan ini. Karena sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk/jahat.”
Maka dia pun berangkat.Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan datanglah kematian menjemputnya, (lalu dia pun mati). Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.
Malaikat rahmat mengatakan: “Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.”
Sementara malaikat azab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali.”
Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu mereka jadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Maka kata malaikat itu: “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka dialah yang berhak membawanya.”
Lalu keduanya mengukurnya, dan ternyata mereka dapatkan bahwa orang itu lebih dekat kepada negeri yang diinginkannya.Maka malaikat rahmat pun segera membawanya.
Kata rawi: Kata Qatadah: Al-Hasan mengatakan: “Disebutkan kepada kami, bahwa ketika kematian datang menjemputnya, dia busungkan dadanya (ke arah negeri tujuan).”
Dalam kisah menarik lainnya, dahulu ada seorang wanita pezina, sekilas kita menilai bahwa seorang pezina adalah seorang yang hina dan tentu perbuatannya adalah dosa besar, akan tetapi karena rahmat Allah ta’ala si pezinapun bisa diampuni dosa-dosanya karena belas kasihannya kepada binatang.
Dari Abi Hurairah r.a. dari Rasulullah Sallallahu ‘alihi wasallam berabda; “Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan”.Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum.Maka diampuni wanita itu karena memberi minum.” (HR Bukhari)
Duhai jiwa yang merindukan kebahagiaan…
Agama Islam begitu memuliakan manusia, tengoklah seorang pembunuh dari kalangan Bani Israil yang begitu berlumur dosa dan tengoklah seorang wanita pezina.Mereka berdua senantiasa mendapat pengampunan dari Allah Ta’ala karena ketulusan, pengharapan dan kemuliaan akhlaknya.
Betapa mulia Islam mengajarkan kepada kita dalam bertutur kata, bagaimana seorang muslim bisa menjaga lidahnya dari menghina dan berakhlak kepada sesama, berakhlak kepada setiap makhluk yang bernyawa termasuk binatang.
Membunuh dan berzina tentu ini adalah dosa yang begitu besar, akan tetapi kita tidak serta merta mencaci maki dan menghinakan pelaku dosa besar tersebut, karena kita tidak tahu bagaimana akhir dari kehidupan kita kelak, bisa jadi orang yang dahulu hidup berlumur dosa di akhir hayatnya dia mendapat husnul khotimah, kemudahan takkala sakratul maut datang dan bisa jadi orang yang dahulu sering mencaci maki pelaku kejahatan mereka akan mati dalam keadaan yang tidak baik.
Ketahuilah bahwa kesuksesan seorang Muslim bukanlah saat dia hidup semata, melainkan bagaimana dia mengakhiri hidup dengan penuh senyum bahagia dan kemudahan saat sakratul maut.
Tengoklah orang-orang soleh di sekitar kita yang telah dahulu meninggalkan dunia.Sejatinya mereka adalah orang-orang yang paling berbahagia karena mereka hidup dalam keadaan berIslam dan matipun dalam keadaan berIslam. Maka tak heran cita-cita orang soleh adalah mati dalam keadaan berIslam, sama halnya nabi Yusuf ‘alaihi assalam yang tulus berdo’a dan diabadikan dalam Al Qur’an oleh Allah Ta’ala.
(Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi.Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (QS : Yusuf ayat 101)
Duhai jiwa yang merindukan kebahagiaan…
Kembalilah ke jalan Tuhan sebagaimana orang-orang soleh terdahulu. Mereka mencapai kebahagiaan di saat mereka kembali kepada fitrah, kembali untuk mengagungkan Tuhan semesta Alam dengan memurnikan aqidah dan menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa ta’at kepadaNya.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفً۬اۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡہَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٣٠) ۞ مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ (٣١)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, 31.dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS : Ar Ruum ayat 30-31)
Duhai jiwa yang merindukan kebahagiaan…
• Disaat kita terlalu jauh melangkah
• Disaat kita letih berjalan,
• Disaat kita butuh istirahat,
• Disaat kita butuh waktu untuk menyendiri,
• Disaat ada kesempatan untuk merenung
Pastikanlah kalau waktu merenung atau waktu menyendiri, kita pergunakan untuk bermuhasabah mengingat segala kebesaran Allah Ta’ala, mengingat akan dosa-dosa yang pernah kita perbuat dan juga nikmat apa saja yang sudah kita terima dariNya selama ini.
قُلۡ إِنَّمَآ أَعِظُكُم بِوَٲحِدَةٍۖ أَن تَقُومُواْ لِلَّهِ مَثۡنَىٰ وَفُرَٲدَىٰ ثُمَّ تَتَفَڪَّرُواْۚ مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍۚ إِنۡ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ۬ لَّكُم بَيۡنَ يَدَىۡ عَذَابٍ۬ شَدِيدٍ۬ (٤٦)
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan.” (QS : Saba’ ayat 46).*/ Guntara Nugraha Adiana Poetra , dosen komunikasi & penyiaran Islam Universitas Islam Bandung