Hidayatullah.com | Heraklius, kaisar Romawi, menyimak dengan serius penjelasan Abu Sofyan tentang semua hal terkait kerasulan Muhammad ﷺ.
Penjelasan tentang inti ajaran rasul, tentang nasab, tentang para pengikut dan lain sebagainya hingga kemudian ia meyakini bahwa Muhammad ﷺ benar-benar utusan Allah.
“Jika yang telah kau katakan adalah benar, maka ia akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini. Aku tahu bahwa ia akan diutus. Aku tidak menyangka ternyata dia dari bangsa kalian. Jika saja aku dapat memastikan bahwa aku akan bertemu dengannya, niscaya aku memilih bertemu dengannya. Jika aku ada di sisinya, pasti aku cuci kedua kakinya (Sebagai bentuk penghormatan).” Kata Heraklius kepada Abu Sofyan yang saat itu belum masuk Islam. Kala itu hatinya sudah tergetar dan cenderung kepada Islam.
Di lain waktu kemudian, ia mengumpulkan sejumlah pembesar dan pendeta di sebuah ruangan dan menyeru mereka untuk masuk Islam. Menurutnya informasi terkait Muhammad ﷺ adalah benar, selaras dengan kabar dari bible yang merupakan rosul yang mereka tunggu-tunggu.
Sayangnya, para pembesar itu dengan keras menolaknya dan dengan cepat semburat berlarian menuju kearah pintu keluar. Lebih jauh para pembesar itu mengancam, akan memberontak dan menurunkan Heraklius kalau ia bersikeras masuk Islam.
Baca: Tak Sekadar Berbeda Jalan
Melihat penolakan yang sangat keras, Heraklius berubah pikiran dan memanggil mereka lagi mereka agar berkumpul. “Aku tadi hanya menguji kalian, apakan kalian teguh dalam agama kalian atau tidak. Dan ternyata kalian teguh dalam memegang agama kalian,” kata Heraklius yang kemudian menenangkan hati dan sikap mereka.
Lain Heraklius lain juga Najasyi
Najasyi adalah raja negeri Habasyah (sekarang Etiopia). Ia seorang raja yang adil dan pantang berbuat dzalim. “Di sana ada raja yang adil, maka hijrahlah kalian ke sana,” demikian kata Rasulullah ﷺ tatkala memerintahkan para sahabatnya berhijrah ke Habasyah.
Singkat cerita kemudian Raja Najasyi menerima dengan baik para sahabat dan memperlakukan mereka dengan baik pula. Bahkan setelah mendapat penjelasan yang mendalam tentang Islam, selanjutnya ia mengikrarkan dua kalimat syahadat. Najasyi masuk Islam namun ia menyembunyikan keislamannya.
Suatu hari Najasyi mendapat demo berupa “mosi tidak percaya” dari rakyatnya karena mereka menduga keyakinan Najasyi telah berubah. Mereka menuntut Najasyi mengikrarkan di depan umum bahwa ia masih setia dengan keyakinan kristen.
Dengan cerdik, Najasyi kemudian menulis kalimat syahadat di selembar kulit kambing dan kemudian menaruh di dada, di balik baju. “Keyakinanku di sini..di sini,” kata Najashy di depan pendemo sambil memegang dada, menunjuk dan menyentuh tulisan kalimat syahadat.
Para pendemo bersorak gembira karena mengira keyakinan kekristen masih ada di dada Najasyi, padahal bukan seperti itu. Namun lama kelamaan para pembesar kerajaan mencium juga gelagat kuat bahwa Najashy telah berpindah keyakinan.
Mereka memprovokasi rakyat Habasyah untuk memberontak dan benar kemudian pecahlah pemberontakan. Najasyi menghadapi dengan bertawakal kepada Allah dan kemudian dengan pertolongan dari Allah, ia bisa menumpas para pembangkang.
Baca: Benturan Dua Jalan Tak Mungkin Terelakkan
Tercatat dalam sejarah, sampai akhir hayat Najasyi tetap mempertahankan keislamannya meski dengan sembunyi-sembunyi. Ketika ia meninggal, Rasulullah ﷺ merintahkan para sahabat shalat ghaib untuk mendoakannya.
Itulah langkah dua raja. Satu memilih melangkah ke Surga dan yang lain memilih jalan ke Neraka. Itulah pilihan langkah dua raja, pilihan langkah kita juga.
Dari dua kisah di atas kita belajar banyak hal antara lain adalah:
Pertama, Allah selalu memberikan sinyal hidayah kepada semua hambanya. Baik Heraklius dan Najasyi sama-sama mendapat penjelasan terkait Islam.
Demikian juga sebenarnya semua manusia, semua telah mendapat sinyal itu. Hanya masalahnya mereka peka atau tidak. Mereka mau memproses hidayah atau justru mengabaikannya. Apalagi di era internet sekarang, dimana informasi keislaman berseliweran meluber.
فَاَلۡهَمَهَا فُجُوۡرَهَا وَتَقۡوٰٮهَا
قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا
”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan fujur (kefasikan) dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS: As-Syams: 8-10).
Kedua, Allah selalu menguji hidayah dengan rintangan-rintangan. Allah menguji Heraklius dan Najasyi dengan penolakan para pengikutnya dan kekhawatiran hilangnya tahta kerajaan. Heraklius gagal dan Najasyi berhasil.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebenarnya Allah juga menguji semua kita dengan rintangan-rintangan meski wujudnya berbeda-beda. Mungkin ketakutan kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan teman, komunitas dan sebagainya. Itulah sunnatullahnya. Itulah kemestian orang yang “hijrah”.
Baca: Hijrah: Kisah Inspiratif Abdurrahman Bin Auf
Maka, membayangkan berislam tanpa ujian itu gila. Mengangankan beriman tanpa cobaan itu sinting. Mengharapkan beriman tanpa hambatan itu kurang akal.
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,”Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [QS: Surah Al-Ankabut ayat 2-3].
Maka kuatkan tekad, bulatkan niat langkahkan kaki menuju hidayah. Ayunkan kaki menuju jalan yang benar, jalan SurgaNya.Wallahu’alam bish showab.*/Choirul Amri, pendiri Sekolah Tahfidz Quran “Salman Al Farisi” Malang