Panggilan, atau gelar yang baik, diperbolehkan, untuk penghormatan pada ulama atau sesame. Namun julukan atau panggilan dilarang merendahkan dalam Islam, inilah petikan naskah khotbah Jumat
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | ISLAM mengajarkan kita memanggil seseorang hendaknya dengan panggilan yang mencerminkan penghormatan. Inilah naskah lengkap Khotbah Jumat kali ini.
***
Khotbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam hubungan sosial khususnya dengan sesama muslim terdapat adab dan akhlak, salah satunya dalam hal pemberian julukan, yang dalam bahasa Arab disebut kun-yah.
Julukan atau pemberian gelar tertentu, tidak sekadar panggilan tanpa hikmah. Di dalamnya terkandung sikap saling menghormati dan menyayangi.
Terkait hal ini, Imam Nawawi menulis dalam bukunya, Al-Adzkar, beberapa hal. Berikut poin-poin penting dari apa yang beliau jelaskan dalam bukunya tersebut.
Pertama, dalam memanggil nama seseorang kita diperbolehkan memanggilnya dengan nama singkatan yang baik. Kita bisa mencontoh langsung dari Rasulullah ﷺ yang dalam beberapa riwayat memanggil nama sahabatnya dengan singkatan.
Abu Hurairah dipanggil oleh Rasulullah ﷺ dengan, “Ya Abal Hirr (ayahnya kucing kecil),” Aisyah dipanggil dengan “Ya ‘Aisy,” Usamah bin Zaid dipanggil dengan singkatan “Ya Usaim.” Beliau ﷺ melakukan hal ini sebagai bentuk kasih sayang dan sikap akrab. Panggilan-panggilan ini juga disukai oleh si pemilik nama. Selama julukan atau panggilan atau penyingkatan nama diterima dengan baik, maka ini sesuatu yang diperkenankan.
Dalam sejumlah hadis disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ sendiri juga dipanggil dengan julukan Abul Qasim (Ayahnya Qasim, putra tertua beliau).
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah
Kedua, jika memberi singkatan, panggilan, atau gelar yang baik, diperbolehkan, sebaliknya memberi julukan atau panggilan yang mengandung sikap merendahkan, jelas merupakan perkara yang dilarang keras dalam ajaran Islam.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT dengan tegas melarang kita untuk saling memberi julukan buruk kepada sesama. Allah SWT berfirman :
وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ
“Janganlah kalian saling memanggil dengan julukan yang buruk.” (QS. al-Hujurat: 11)
Memberi gelar atau panggilan atau julukan yang merendahkan harga diri seseorang, yang menjatuhkan harkat martabat pribadi seorang manusia, adalah haram dan berdosa.
Misalnya, kita memanggil atau menjulukinya dengan, “Hai, Si Buta,” “Hai, Si Pesek,” atau “Hai, si tuli.”
Julukan dan panggilan ini jelas menyalahi adab Islam dalam mengatur hubungan antar sesama, bahkan dapat mengakibatkan yang bersangkutan terluka hatinya dan merusak kehormatannya.
Jemaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah SWT
Ketiga, dalam tradisi Islam julukan diberikan untuk memberi sikap hormat. Julukan seperti Syaikh, Imam, Kiai, Gus, kepada sosok-sosok yang kita pandang berilmu, ahli ibadah, atau memiliki keutamaan lainnya, merupakan bentuk penghormatan serta adab sosial.
Sayidina Ali bin Abi Thalib diberi julukan oleh Rasulullah ﷺ dengan Abu Turab, lantaran dalam satu peristiwa Sayidina Ali tidur beralaskan tanah hingga menempel di wajah dan pakaiannya.
Sehubungan dengan hal ini, penghinaan yang menimpa pribadi Habib Idrus bin Salim Al-Jufri (Guru Tua), pendiri Al-Khairat, sudah tentu masuk dalam kategori pelanggaran berat yang bertentangan dengan adab yang diajarkan dalam Islam.
Sosok yang telah terbukti berjasa dalam dunia pendidikan, dakwah, dan sosial, khususnya di Indonesia Timur, justru menjadi sasaran ujaran kebencian oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Ini merupakan bentuk kezaliman yang bertentangan dengan QS. Al-Hujurat ayat 11 di atas. Dalam Islam kita diajarkan untuk menghormati ulama, menghormati ulama sama halnya menghormati ilmu itu sendiri.
Dapat kita disimpulkan dari khotbah ini bahwa Islam mengajarkan, ketika kita memanggil seseorang hendaknya dengan panggilan yang mencerminkan penghormatan, kasih sayang, dan kebaikan. Kita hindari panggilan yang menyakitkan atau merendahkan martabat seseorang, terlebih kepada tokoh agama atau ulama.
Penghinaan terhadap Guru Tua jelas merupakan tindakan yang tidak beradab apalagi menyamakan beliau dengan hewan. Kita sikapi perbedaan tanpa harus mengeluarkan kata-kata julukan atau panggilan yang rasis.
Kita perkuat kembali pemahaman serta pengamalan etika sosial agar kita termasuk golongan yang menjaga adab serta memuliakan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.Hidayatullah.com—. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang