Hidayatullah.com – Perseteruan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Universitas Harvard semakin memanas. Terbaru, Presiden berusia 78 tahun itu menyebut Harvard sebagai “ancaman” terhadap demokrasi.
“Harvard adalah Institusi Kiri Jauh yang anti-Semit, seperti banyak lainnya, dengan mahasiswa yang diterima dari seluruh Dunia yang ingin mencabik-cabik Negara kita,” kata Trump di Truth Social, menurut Anadolu pada Kamis (24/04/2025).
“Tempat itu adalah kekacauan Liberal, yang memungkinkan sekelompok orang gila tertentu masuk dan keluar kelas dan memuntahkan KEMARAHAN DAN KEBENCIAN palsu. Itu benar-benar mengerikan!” tulis Trump.
Pernyataan itu muncul setelah Harvard menggugat pemerintahan Trump pada hari Senin setelah pemerintah federal membatalkan lebih dari $2 miliar dana untuk lembaga elit tersebut.
Rektor Harvard, Alan Garber, mengatakan pada hari Rabu bahwa sekolah itu “tidak akan berkompromi” atas hak-haknya dengan pemerintahan Trump.
“Sekarang, sejak pengajuan kami dimulai, mereka bertindak seolah-olah mereka semua adalah ‘Kue Apel Amerika.’ Harvard adalah ancaman bagi Demokrasi, dengan seorang pengacara, yang mewakili saya, yang karenanya harus dipaksa untuk mengundurkan diri, segera, atau dipecat.
“Dia tidak sehebat itu, dan saya berharap perusahaan saya yang sangat besar dan indah, yang sekarang dijalankan oleh putra-putra saya, segera menyingkirkannya!” kata Trump.
Awal pekan ini, Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya akan menanggapi gugatan pembekuan dana Universitas Harvard di pengadilan.
Lembaga tersebut adalah universitas besar pertama yang secara terbuka menentang arahan pemerintah, yang menurut pejabat Trump adalah untuk memerangi anti-Semitisme menyusul aksi demonstrasi pro-Palestina di kampus mengenai perang brutal ‘Israel’ di Jalur Gaza.
Pemerintah juga menargetkan program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI), yang disebutnya sebagai “diskriminasi ilegal dan tidak bermoral.”
Membela pembekuan dana, pemerintahan Trump mengatakan universitas harus menegakkan hukum hak-hak sipil dan menghentikan pelecehan terhadap mahasiswa Yahudi, meskipun tidak memberikan contoh.*