Khutbah Jumat di bulan Ramadhan kali ini mengulang pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan di masjid. Salah satunya persaudaraan dan kesetaraan.
Berikut materi Khutbah Jumat Ramadhan berjudul Lima Pelajaran dari Masjid
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Khutbah Jumat Ramadhan: Lima Pelajaran dari Masjid
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma`syiral Muslimin Rahimakumullah
Di bulan Ramadhan masjid-masjid di sekitar kita tampak lebih ramai dari biasanya. Jamaah sangat antusias datang ke masjid guna melakukan beragam kegiatan. Mulai shalat lima waktu, tadarus Al-Quran, menunaikan shalat tarawih, berkumpul untuk buka dan sahur bersama.
Belum termasuk dengan menghadiri kajian subuh, dzuhur, dan di waktu-waktu yang lain. Tentu saja semangat umat membanjiri masjid semacam ini khususnya di bulan Ramadhan merupakan sebuah tradisi baik yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Banyak pelajaran yang bisa kita gali dan ambil dari keberadaan masjid di sekitar kehidupan kita. Mari kita ambil beberapa pelajaran dari masjid. Pelajaran pertama, dari masjid kita bisa belajar tentang kedisiplinan dan keteraturan.
Kita lihat dari barisan (shaf) shalat yang selalu dianjurkan untuk diluruskan dan disempurnakan. Jangan ada yang renggang dan kosong atau miring. Harus berdiri tegak, rapi, dan lurus.
Sabda Rasul ﷺ ﷺ :
أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ ….وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ
“Tegakkanlah shaf-shaf, sejajarkanlah antara pundak-pundak, tutuplah celah-celah dan lemah lembutlah terhadap kedua tangan saudara kalian….Janganlah kalian membiarkan celah-celah itu untuk setan, barang siapa menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa memutusnya maka Allah Allah akan memutusnya.” (HR: Abu Dawud)
Dalam kesempatan yang lain, beliau bersabda, “Hendaknya kalian meluruskan shaf kalian atau jika tidak, Allah akan membuat wajah kalian berselisih.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kerapian barisan shalat ini merupakan elemen penting sebelum dan selama pelaksanaan shalat berjamaah di masjid. Rapat dan lurusnya shaf akan merapatkan serta meluruskan hati.
Selain itu, dari masjid kita belajar untuk loyal dan setia pada imam sebagai pimpinan. Sebagai makmum kita harus mengikuti imam dalam berbagai hal yang dilakukannya.
Ini menunjukkan semangat loyalitas berdasarkan kebenaran yang sesuai tuntunan agama. Loyalitas dan managemen perjuangan adalah dua kata kunci pelajaran pertama dari masjid.
Loyalitas yang tergambar dari keikutsertaan kita sebagai umat untuk setia pada imam dari awal sampai akhir. Kerapian dan manageman perjuangan yang terwujud dari meluruskan barisan shalat tanpa cela.
Pelajaran kedua yang bisa kita ambil dari masjid adalah pelajaran tentang kebebasan dalam menyampaikan kebenaran serta kebaikan. Jika kita tengah shalat berjamaah di belakang seorang imam, ternyata imam melakukan kesalahan, maka kita berhak untuk mengingatkannya.
Dikisahkan Sayidina Umar bin Khattab, sebagai Khalifah, pernah menyampaikan khutbah. Salah satu isi khutbahnya tentang pembatasan mahar nikah.
Sayidina Umar ingin membatasi jumlah mahar yang ada. Tiba-tiba seorang perempuan berdiri dan menyampaikan pendapatnya bahwa yang hendak dilakukan oleh Umar tidak sama dengan ketentuan yang Allah telah tetapkan. Perempuan ini menyitir firman Allah SWT dalam surah An-Nisaa` ayat 20 :
وَءَاتَيۡتُمۡ إِحۡدَىٰهُنَّ قِنطَارٗا
“….Sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak…” Umar menerima teguran si perempuan itu dan berkata, “Perempuan ini benar dan Umar yang salah.”
Khutbah Jumat: Empat Langkah Menyambut Ramadhan
Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah
Ketiga, masjid mengajarkan persaudaraan. Tiap kita bertemu dengan sesama jamaah masjid akan terjadi sentuhan fisik yang merekatkan tali persaudaraan dan menghangatkan hubungan sebagai sesama muslim.
Di masjid kita saling bersalam-salaman, baik sebelum mau pun sesudah shalat; wajah saling bertatapan sembari menebar senyuman; hati saling mencintai dengan bertanya kabar masing-masing.
Lebih dari itu, dari masjid kita belajar tentang arti persaudaraan dengan shalat di belakang satu imam, menghadap ke arah yang sama, beriman kepada Satu Tuhan dan satu Rasul, membaca kitab yang sama yaitu Al-Quran, bacaan dan gerakan-gerakannya juga nyaris tidak ada bedanya. Dan semuanya dikerjakan dengan satu niat : Lillaahi Ta`ala (karena Allah yang Mahatinggi).
Semua yang kita sebutkan di atas, membawa kepada suasana kekeluargaan sebagai sesama umat Islam yang saling mengisi kehidupan dengan rasa cinta, kasih sayang, dan saling menautkan hati masing-masing.
Pelajaran keempat, masjid mengajarkan kesetaraan di antara umat Islam. Tidak ada bedanya jamaah masjid yang miskin atau kaya, antara yang putih dengan yang hitam.
Siapa saja berhak mendatangi masjid dan berhak untuk duduk di mana saja yang ia kehendaki. Di masjid, semua sama dalam kesetaraan derajat.
Orang kaya, miskin, tua, muda, pejabat atau rakyat biasa, mendapatkan perlakuan yang sama selama di dalam masjid. Tidak lantaran seseorang berharta, hanya dia yang boleh duduk di shaf pertama, dan jika dia orang miskin tidak boleh duduk di shaf awal, meski datang lebih awal.
Pernah kita jumpai hal semacam ini di masjid? Tidak pernah. Semua itu menunjukkan ajaran kesetaraan di masjid.
Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia
Pelajaran kelima, ajaran adiluhung di masjid adalah ajaran tentang sikap hidup bersosial dan saling tolong menolong dalam kebajikan serta ketakwaan. Di masjid kita tunaikan shalat secara berjamaah, demikian pula dengan shalat jumat.
Jamaah dan jumat keduanya diambil dari akar kata yang sama “Al-Jam`u.” yang berarti terkumpul, atau mengumpulkan. Hal ini menandai semangat persatuan yang tergambar dari barisan shalat dan kalimat yang sama di dalam shalat.
Dari kumpulan-kumpulan ini kita bisa menggalang bantuan sebagai wujud ibadah ritual yang sekaligus diiringi dengan ibadah sosial. Hal ini terwujud dengan pengumpulan sedekah dan infak yang di antara alokasinya, digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Sudah saatnya bagi kita untuk memanfaatkan potensi perkumpulan umat di masjid saat shalat berjamaah dan shalat Jumat untuk menggali potensi agar sama-sama tergugah untuk menyisingkan lengan demi membantu saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Harapannya masjid semakin menjadi tempat favorit umat karena tidak sebatas menjadi tempat shalat tapi menjadi pusat membangun kesadaran sosial dan membangun peradaban umat.
Demikianlah khutbah Jumat pada siang hari ini. Semoga di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan 1443 H ini, yang ditandai dengan banyaknya umat melaksanakan iktikaf di masjid, juga dibarengi dengan kesadaran untuk mau mengambil lima pelajaran yang sudah kita simak bersama.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَه\
ُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Selain Khutbah Jumat Ramadhan: Lima Pelajaran dari Masjid, Baca juga materi khutbah Jumat lainnya di sini