Oleh: Musthafa Luthfi*Pengiriman beberapa paket bom terutama yang ditemukan di dua pesawat kargo AS pada akhir Oktober lalu, satu di bandara Dubai dan lainnya di bandara London, menjadi buah bibir masyarakat internasional dan bahan pemberitaan gencar media massa manca negara dalam dua pekan belakangan ini yang menyebabkan banyak negara terutama di Barat yang meninjau kembali sistem pengamanan di bandara masing-masing.
Tidak kalah cekatan, aparat keamanan dan badan intelijen di hampir seluruh dunia dibuat super sibuk khususnya di AS karena khawatir mengarah kepada serangan seperti 11 September 2001 yang terkenal itu. Berdasarkan hasil penyelidikan disebutkan dua paket yang menggemparkan penerbangan sipil dunia itu berasal dari Yaman.
Pihak berwenang Yaman sendiri telah melakukan langkah cepat dan menegaskan bahwa pihaknya berhasil menyita 26 paket mencurigakan lainnya serta memberhentikan para staf pada bagian kargo udara di bandara internasional Sana`a. Selain itu, juga segera menangkap seorang mahasiswi yang tak lama dilepaskan kembali karena terbukti namanya dicatut oleh oknum pengirim paket tersebut.
Tak lama kemudian, sejumlah negara Eropa terutama Jerman secara gegabah memberhentikan untuk sementara waktu penerbangan dari dan ke Yaman tanpa alasan yang kuat. Negeri Sheba yang telah lama menjadi korban terorisme dan selama ini selalu siap sebagai mitra utama masyarakat internasional merasa dirugikan oleh keputusan sepihak tersebut yang justeru menguntungkan kelompok teroris dan pihak-pihak yang berada di belakang propaganda paket bom dimaksud.
Menlu Yaman, Abu Bakr Al-Qirbi diantaranya merasa gerah dengan tingkah laku media massa internasional yang berlebih-lebihan memberitakan negaranya. Dalam pernyataannya di Tokyo, Jum`at (5/11) misalnya, mencela propaganda media massa internasional terhadap ditemukannya dua paket bom yang dinilainya merusak citra Yaman di mata masyarakat internasional dan menegaskan tekad negaranya untuk melanjutkan perang melawan terorisme.
Itulah sekilas tentang hiruk pikuk pengiriman paket bom yang sempat menggemparkan dunia akibat pemberitaan media massa yang terlelalu berlebihan yang nota bene dikuasai zionis internasional. Yang terpenting adalah apa dibalik gemparnya pemberitaan tersebut lalu apa pula dibalik momen waktu pemberitaan tersebut?
Sebelumnya, perlu dicermati terlebih dahulu bahwa paket bom yang ditemukan di bandara Dubai misalnya berisi bahan peledak dahsyat dalam bentuk serbuk dari jenis PETN (pentaerythritol tetranitrate) yaitu bahan peledak yang lebih sensitif terkena gesekan dengan daya goncangan yang lebih dahsyat dari jenis TNT.
Paket tersebut juga dilengkapi dengan sistem peledakan dengan menggunakan telpon seluler. Modus ini biasanya digunakan oleh kelompok teroris semisal al-Qaidah sehingga tidak berlebihan bila kecurigaan dialamatkan ke organisasi yang dipimpin oleh Usamah Bin Ladin itu.
Dan secara kebetulan, al-Qaidah di Semenanjung Arab pada 5 Nopember menyatakan bertangungjawab atas pengiriman paket-paket tersebut dan bahkan menyebutkan pihaknya yang meledakkan pesawat kargo yang jatuh di areal tanah kosong di Dubai beberapa saat setelah tinggal landas di bandara Dubai bulan September lalu.
Tapi tidak semua yang diumumkan al-Qaidah dapat dipercaya begitu saja. Karena pada intinya, gerakan ini ingin menunjukkan kehebatannya kepada publik dunia meskipun bukan sebagai pelakunya untuk menyebarkan ketakutan dan kekhawatiran.
Kejanggalan
Terlepas dari pengakuan al-Qaidah tersebut yang belum bisa dipastikan kebenarannya, ada beberapa kejanggalan yang perlu dicermati. Pertama, dilihat dari sisi teknis, sebagaimana diketahui, para pemimpin al-Qaidah hidup secara berpindah-pindah dari waktu ke waktu di pegunungan dan goa-goa Afganistan agar tidak terendus tentara sekutu.
Langit Afganistan telah dikuasai oleh sekutu sehingga kelompok al-Qaidah tidak dapat menggunakan peralatan canggih untuk melakukan komunikasi antar mereka karena khawatir disadap sekutu sehingga tempat persembunyian mereka diketahui. Karena itu menjadi tanda tanya besar bagaimana mungkin kelompok ini dapat menggunakan teknologi canggih untuk mengirim paket tersebut.
Bila al-Qaidah memang benar memiliki peralatan dan teknologi canggih, mengapa tidak menggunakannnya menghadapi musuh-musuhnya di Afganistan atau Pakistan yang lebih dekat dan tidak terlalu membutuhkan perjuangan berat seperti halnya bila melakukan serangan ke negara-negara Eropa atau Amerika.
Kedua, dilihat dari sisi finansial. Apakah kelompok teroris yang telah dibekukan segala bentuk asetnya, bahkan banyak yayasan-yayasan Islam yang tidak terkait dengan al-Qaidah – bahkan pula justeru musuh al-Qaidah terkena getahnya- mampu membiayai operasi yang tergolong mahal tersebut.
Seandainya mampu secara finansial mengapa tidak diarahkan ke negara-negara yang dianggap bersekutu dengan musuh sebab terbukti sampai sekarang organisasi teroris ini tidak mampu menjatuhkan rezim manapun yang dianggap bekerjasama dengan musuh al-Qaidah.
Ketiga, dilihat dari momentum pengiriman paket tersebut berlangsung beberapa hari sebelum pemilu jeda untuk pemilihan anggota Kongres dan Senat di AS yang diwarnai persaingan panas antara calon-calon dari Partai Republik dan Demokrat. Sebagaiman diketahui Partai Republik yang berinisiatif melakukan kebijakan yang disebutnya “perang melawan terorisme“.
Republik masih menolak orientasi Presiden Barack Obama yang ingin mengakhiri perang yang tak berujung itu dan juga penutupan kamp Guantanamo yang banyak mendapat keritik internasional. Karenanya tidak aneh bila pengiriman paket tersebut seperti direkayasa dengan tujuan Chicago basis partai Demokrat dan tempat ibadah Yahudi di negara bagian yang sama untuk menggambarkan kembali serangan pada 11 September 2001.
Karena itu, banyak analis di Arab yang meragukan bila al-Qaidah benar-benar sendiri melakukannya tanpa dukungan dari badan-badan intelijen yang memang ingin memanfaatkannya untuk tujuan tertentu. “Apalagi secara historis sebenarnya al-Qaidah adalah ciptaan AS,“ papar Khamis Bin Habib Al-Thabi, seorang analis Arab dalam kolomnya di harian Al-Watan Oman.
Analis lainnya menyebutkan bahwa pengiriman paket tersebut sebagai salah satu strategi untuk memaksa para pemilih negeri Paman Sam itu untuk memilih calon-calon dari Republik yang dikenal sebagai kelompok elang untuk mewakili mereka di Kongres atau Senat. “Skenario seperti ini masih manjur meyakini para pemilih Amerika,“ papar Abdullah Al-Ka`bi dalam artikelnya di harian Al-Arab (5/11).
Skenario serupa juga pernah manjur pada pemilihan Presiden pada 2004 saat George Bush yunior disaingi secara ketat oleh senator John Kerry yang akhirnya gagal begitu Usamah Bin Ladin muncul menyampaikan ancamannya. Kerry yang diusung partai Demokrat akhirnya kesandung pidato Usamah tersebut.
Pada pemilu sela kali ini terbukti Partai Republik akhirnya meraih suara mayoritas di DPR (Kongres) dengan meraih suara lebih dari 230 padahal untuk meraih mayoritas cukup hanya 218 dari total 435 kursi. AS yang berada dibawah pemerintahan Demokrat yang memang sedang menghadapi krisis ekonomi akhirnya bertambah tersandung dengan isu paket bom tersebuh sehingga hanya bisa bertahan di Senat sebagai pemegang mayoritas kecil.
Terlepas dari benar tidaknya al-Qaidah mampu menggunakan teknologi canggih seperti pengiriman paket bom tersebut, yang jelas kelompok teroris ini setidaknya bisa dimainkan oleh pihak tertentu untuk tujuan tertentu. Akhirnya publik yang menjadi korban “pembodohan“ media yang diatur oleh Zionis internasional. Wallahu A`lam. [Sana`a, 4 Zulhijjah 1431 H/hidayatullah.com]
Penulis kolumnis hidayatullah.com, kini tinggal di Yaman