SEORANG petinju profesional pasti memiliki pelatih yang baik. Bahkan, petinju sehebat Mohammad Ali sekalipun juga memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua bertanding jelas Mohammad Ali-lah yang akan memenangkan pertandingan tersebut.
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Mohammad Ali butuh pelatih kalau jelas-jelas dia akan menang melawan pelatihnya?
Kita harus tahu bahwa Mohammad Ali butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia butuh seseorang untuk melihat hal-hal yang “Tidak dapat dia lihat sendiri”.
Dalam hidup, kita butuh orang lain, yang menasihati, yang mengingatkan, bahkan yang menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yang keliru, yang bahkan kita tidak pernah menyadarinya.
Kerendahan hati kita untuk menerima kritikan, untuk menerima nasihat, dan untuk menerima teguran itulah yang justru menyelamatkan kita.
Kita bukan manusia sempurna. Biarkan orang lain menjadi “Mata” kita sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan diri kita sendiri.
Kegagalan Misi Keruhanian
Misi keruhanian adakalanya gagal ketika seseorang lebih tertarik pada perintah dan tawaran hawa nafsu yang menyajikan kesenangan dan kenikmatan sesaat yang bersifat badani dan emosi sehingga bisikan, ajakan, peringatan, dan daya ruhani untuk melakukan bakti yang lebih mulia dan meraih kebahagiaan yang lebih tinggi menjadi terbengkalai. Hatinya mengeras, telinganya menjadi tuli, dan penglihatannya buta terhadap jalan kebenaran.
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Al-Baqarah[2]: 18).
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS: Al-A’raaf [7]: 179).
Menutup tulisan ini, Allah berfirman tentang penyesalan penghuni neraka disebabkan dahulu ketika di dunia tidak mau mendengar nasehat dan peringatan:
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.“[QS: Al-Mulk [67]: 10]
Semoga bermanfaat
Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami