Hidayatullah.com– Dalam perjalanan menggunakan Kereta Api Argo Sindoro dari Semarang (Tawang) menuju Jakarta (Gambir), saya mendapati salah seorang petugas piket jaga kebersihan (cleaning service) tampak khusyuk membaca Al-Qur’an.
Saya menjepret diam-diam. Saya perhatikan, aktivitas ngajinya terjeda setiap kali ada penumpang yang mau ke toilet.
Ia selalu sigap berdiri mengecek mana toilet yang kosong, lalu sang penumpang dipersilakan masuk.
Kemudian ia kembali ke tempatnya semula, dengan sesekali bertumpu pada posisi duduk dengan lutut terangkat untuk menopang badan. Sebab kereta memang melaju kencang dengan stasiun pemberhentian yang lebih sedikit.
Baca: Menjaga Shalat
Ketika pengguna toilet keluar, pria ini seketika berdiri dan melempar senyum sambil menggapai alat pel. Setelah penumpang berlalu, ia kemudian masuk ke toilet bersama pelnya dan membersihkan dalam dan luar toilet.
Lalu pria itu kembali ke posisinya semula. Mengambil mushaf Al-Qur’an yang ditempatkan khusus, lalu dibuka dan dibacanya. Suaranya lirih, hilang tenggelam bersama dengan dentuman mesin kereta yang gahar.
Tampaknya ia bertanggung jawab untuk mengurus dua toilet di gerbong 1 dan gerbong 2 kereta Argo Sindoro. Ia terlihat sangat telaten. Saya yang turut menumpang pun merasakan kenyamanan menggunakan toilet ini. Bersih, baik dalam maupun luar sekitar pintu masuk.
Siapa nama pria itu? Menurutku tak terlalu penting dan rasanya tak perlu ditulis di sini. Yang menarik adalah sikapnya yang mesti menjadi teladan.
Pria ini mengajarkan kita tentang mekanisme Ilahiah yang seharusnya dijalani dalam hidup ini. Dia mengaktualisasi peran kekhalifahan dan kehambaan sekaligus sebagaimana telah digariskan Tuhan.
“Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 56.
“… Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya….” (QS. Hud: 61)
Di satu sisi berupaya maksimal menjaga etos kerja dengan bekerja melayani penuh totalitas, sehingga tercipta kinerja terbaik (high performance). Di sisi lain, petugas kebersihan itu juga berupaya optimal dalam mereduksi hal-hal bias yang berpotensi merusak orientasinya, dengan cara beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Ihsan sudah menjadi semacam kredo (dasar tuntunan hidup) yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para Sahabat, sehingga lahirlah manusia-manusia andal yang berkinerja melampaui nalar.
Demikianlah manajemen ihsan membentuk karakter. Ia bekerja keras dan maksimal tanpa peduli apakah ada yang melihat atau tidak. Ia lakukan semata-mata karena Allah dan memakmurkan semesta. Gambar-gambar ini saya jepret pada Senin, 1 Oktober 2018.*/Anchal Abu Muhammad untuk hidayatullah.com