Hidayatullah.com–Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman menganggap masalah Qatar bukan sesuatu yang sangat besar.
Ia beralasan, krisis ini tidak terlalu berdampak pada Saudi, atau negara-negara lain di kawasan. Dia mengatakan pemutusan hubungan diplomatik antar Saudi dan Qatar dinilai tidak akan mempengaruhi investasi.
Berbicara di sela-sela Forum Investasi di Riyadh, Mohammed bin Salman yang saat ini sedang memimpin program ekonomi ambisius agar Arab Saudi tidak lagi tergantung pada minyak mengatakan, dari sisi ekonimi masih dengan Qatar tidak menimbulkan dampak apapun. Begitu pula dalam sisi politik, tidak ada dampak besar yang ditimbulkan.
Baca Putra Mahkota Saudi Dipuji Donasikan Dana Kolera di Yaman
Mohammed bin Salam, seperti dilanir Al Arabiya pada Kamis (27/10/2017), kemudian mengatakan, semua langkah yang diambil Saudi terkait dengan Qatar ditujukan untuk keamanan, dan stabilitas Saudi dan juga kawasan.
“Kami sangat berkomitmen agar negara kami aman, jauh dari gangguan apapun. Saya akan mengatakan satu hal, bahwa satu-satunya negara di Timur Tengah yang melacak sejarah keselamatan dan stabilitas yang baik adalah Arab Saudi,” kata Mohammed bin Salman.
“Arab Saudi memiliki jejak terbaik dan telah membuktikan dirinya kuat dalam setiap masalah di Timur Tengah dan dunia, dan mampu menanganinya, dan menjadi lebih kuat,” sambung anak dari peimpin Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud tersebut.
Bin Salman (32), secara luas dipandang sebagai salah satu arsitek dibalik aksi boikot bersama dengan Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain, dan menuduh Qatar membiayai ‘teroris’ meski Qatar dengan tegas membantah tuduhan sepihak ini.
Krisis antara Qatar, negara-negar Teluk yang dipimpin Saudi telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Upaya damai antara kedua belah pihak sampai saat ini masih menemui jalan buntuk, yang disebabkan belum disepakatinya prasyarat pembicaraan damai.
Baca: Arab Saudi Dikabarkan Menangkap Syeikh Salman al Audah
Putra Mahkota Saudi ini juga salah satu penggagas Perang Yaman mengatakan, “Kami memburu (Perang Yaman) sampai kita dapat memastikan bahwa tidak ada yang akan terjadi di sana seperti Hizbullah lagi,” kata bin Salman sebagaimana dikutip Reuters, merujuk pada kelompok milisi Syiah Libanon yang didukung oleh Iran.
“Karena Yaman lebih berbahaya daripada Libanon,” tambahnya.
Bulan Maret, Mohammed bin Salman bertemu Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
Arab Saudi, yang didukung koalisi Negara-negara Arab, meluncurkan sebuah operasi militer pada bulan Maret 2015 melawan pemberontak Syiah al Houthi yang didukung Iran yang menggulingkan kepemimpinan yang diakui secara internasional di Yaman.*