Hidayatullah.com–Menuntut ilmu di era sekarang ini tentu berbeda dengan suasana menuntut ilmu empat puluhan tahun lalu, apalagi lebih dari itu. Begitu pula dakwah, objek lahan dakwah dan metodenya telah banyak mengalami perubahan. Hari ini, baik menjadi penuntut ilmu maupun berdakwah keduanya dihadapkan dengan tantangan dan ujian yang baru.
Hal ini menjadi landasan Himpunan Mahasiswa Hidayatullah (HIMAYAH) di Mesir untuk menyelenggarakan kegiatan internal guna mengokohkan semangat sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh pendahulu. Baik itu tokoh ulama’ di dunia keilmuan Islam, maupun secara khusus tokoh perintis Lembaga Hidayatullah sebagai bapak dari organisasi HIMAYAH.
Kegiatan bertajuk Lailatul Ijtima’ ini diadakan pada Kamis sore hingga Jumat pagi, 31 Oktober-1 November 2019 dan bertempat di Baitul Hadhoroh, Hayyu Asyir, Nasr City, Kairo. Sekitar 28 anggota ikhwan dan akhwat yang mayoritas merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar turut hadir dalam kegiatan ini.
Sebagai wadah menyatukan langkah, kegiatan Lailatul Ijtima’ diawali dengan pemaparan singkat metode sistematika wahyu sebagai manhaj gerakan Hidayatullah yang disampaikan oleh Yusuf Zubair, mahasiswa Fakultas Syariah wal Qanun.
Kegiatan dilanjutkan dengan napak tilas sejarah pendirian Pesantren Hidayatullah bersama Ustadz Pambudi Utomo. Baliau selain merupakan Pemimpin Redaksi Majalah Suara Hidayatullah juga tercatat sebagai editor dua buku sejarah dakwah Hidayatullah, salah satunya buku “Mencetak Kader” karya Ustadz Mashur Salbu (alm).
Menurut anggapan beliau berdirinya HIMAYAH di Mesir juga memiliki kaitan dengan impian allahuyarham Ustadz Abdullah Said. Sosok Pendiri Hidayatullah ini dulu pernah bercita-cita mengirimkan da’i Hidayatullah ke Eropa dan Afrika atas dasar sikap beliau yang sangat visioner dan global.
Impian ini terucap oleh Ustadz Abdullah Said meskipun bangunan pesantren belum sempurna tegak. “Jadi jangan dianggap Hidayatullah di Mesir ini sama saja dengan kebanyakan mahasiwa di Mesir lainnya, barangkali ini adalah wujud dari cita-cita besar Ustadz Abdullah Said dulu,” Ujar Ustadz Pambudi.
Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Ustadz Thoriq, Lc. Dipl selaku pembina HIMAYAH. Beliau berkesempatan menyampaikan nasehat untuk penuntut ilmu, bahwa keberadaan ilmu itu bukan untuk sekadar dikaji, tapi ilmu juga berperan untuk menggerakkan.
Banyak contoh yang beliau kutip dari peristiwa sejarah. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh para ulama Mesir saat pasukan Saifuddin Qutuz menghadang invasi Mongol. Saat itu, jauh di belakang medan perang para ulama bersama-sama menghatamkan Shahih Bukhari sebagai tawashul melalui amal shalih ini agar pasukan Islam dimenangkan Allah.
Membaca kitab shahih ini adalah gerakan keilmuan, tapi dampaknya bisa membuahkan kemenangan. Begitu pula hari ini, tidak cukup kita mengkaji ilmu tanpa mengaitkannya dengan perjuangan.
Kegiatan Lailatul Ijtima’ dilanjutkan Jumat pagi dengan tahajjud berjamaah hingga halaqah shubuh yang diisi dengan tilawah sekaligus tadabbur Al-Quran. Setelah sesi pagi selesai, kegiatan ini ditutup dengan olahraga futsal bersama.
Auda D. Zaki